TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mulai buka-bukaan ke media, tentang dinamika politik dibalik penetapan status tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hingga pengunduran dirinya.
Pada pidato pengunduran dirinya di kantor DPP Partai Demokrat, Sabtu (23/22013), Anas mengatakan bahwa banyak pihak yang tidak senang dengan terpilihnya Anas pada kongres Partai Demokrat pada 2010 lalu di Bandung, Jawa Barat.
Anas mengatakan penetapan status tersangka dan pengunduran dirinya, adalah lembaran pertama. Ia juga berjanji menjelaskan lembaran-lembaran berikutnya.
Dalam wawancara eksklusif dengan RCTI pada Rabu (27/2/2013), dini hari, Anas mengaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudoyono sempat memintanya untuk mundur. Dengan penuh bahasa simbol, Anas menyinggung bocornya "sprindik" KPK hingga penandatanganan Pakta Integritas.
Bahkan saat ditanya komentarnya mengenai "ocehan" mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin, mengenai keterlibatan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dalam kasus Hambalang, Anas menyarankan hal itu bisa diklarifikasi oleh petinggi Partai Demokrat yang menjabat sebagai Menteri Hukum dan HAM, Amir Samsyudin.
Anas juga mengungkapkan kecurigaannya terhadap penetapan status tersangka oleh KPK. Menurut Anas hal itu kental dengan aroma politik.
Ketua Umum PP.Muhamadyah, Din Samyudin, usai menyambangi kediaman Anas di Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin lalu (25/02), mengatakan bahwa Anas menerima ancaman-ancaman dari pihak tertentu. Namun Din enggan menjelaskan rinci ancaman itu.
Anas saat ditemui wartawan di kediamannya, tidak menjawab dengan gamblang apakah sudah ada reaksi dari lawan politiknya atas aksi buka-bukaan.
"Yang penting dalam situasi seperti ini saya diajarkan, untuk banyak sabar dan banyak shalat," tandasnya.