TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tindakan 11 anggota Kopassus menyerang LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta bukanlah tindakan ksatria dan sama sekali tidak bisa dibenarkan.
“Saya heran kalau ada elite-elite nasional yang mengatakan tindakan tersebut ksatria. Mereka jelas pembunuh dan pelakunya adalah preman yang berbaju tentara. Apapun alasannya tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan," ujar mantan anggota DPR dari PKB, Effendy Choirie, Selasa (9/4/2013).
Effendy mengkritik pernyataan-pernyataan dari elite-elite nasional yang seolah membenarkan tindakan tersebut dan menyampaikan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan ksatria.
"Ini ada pola pemikiran yang salah termasuk para pendidiknya dan komandannya kalau membenarkan tindakan main hakin sendiri seperti ini,” ujar Effendy.
Menurutnya, tindakan 11 anggota Kopassus sama seperti tindakan pelajar-pelajar SMA yang membela sekolahnya dan kemudian terlibat tawuran. Kalau anak SMA saja kita sulit menemukan alasan tawurannya karena membela almamaternya, masak Kopassus bisa dipahami?
"Kopassus kewajibannya membela negara bukan membela korps. Kopassus baru boleh tersinggung kalau kedaulatan negara menjadi taruhannya. Kalau anggota parpol melakukan hal seperti ini kan tidak bisa juga dibenarkan, terus darimana pembenaran untuk tindakan mereka ini?,” katanya.
Fanatisme yang berlebihan yang dianut oleh para prajurit kopassus ini, menurutnya justru akan merusak korps itu sendiri. Fanatisme yang boleh dianut seorang kopassus hanyalah fanatisme terhadap negara dan bukan kopassus.
”Sekarang ini saya lihat ada upaya untuk mengarahkan opini masyarakat bahwa tindakan itu benar dan ksatria. Ini berbahaya untuk negara dan demokrasi kalau dibiarkan,” kata Effendy Choirie.