hingga ajak Kontras-Komnas HAM
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakapolri Komjen Nanan Sukarna sempat turun langsung membujuk terduga teroris di Bandung agar menyerahkan diri. Nanan merayu dengan bahasa Sunda,namun keempat terduga teroris di rumah kontrakan di kawasan Batu Rengat, Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung tetap menolak dan bahkan melawan. Tiga terduga teroris akhirnya tewas dan satu orang bisa ditangkap hidup-hidup.
Wakapolri Nanan menceriterakan, pada Rabu (8/5) ia sedang bertugas meninjau ke Polda Jabar dan kemudian ke Pusat Pendidikan (Pusdik) Intelijen di Kabupaten Bandung. Karena lokasinya Pusdik dekat dengan lokasi pengerebekan di Marga Asih, Nanan langsung menuju lokasi. Sekaligus melihat langsung bagaimana anakbuahnya melakukan penanganan terhadap terduga teroris yang sudah dikepung.
Sesuai prosedur, terduga teroris harus ditangkap dalam keadaan hidup untuk membongkar seluruh jaringannya. Nanan sendiri menyaksikan bagaiamana Densus 88 berusaha membujuk empat terduga teroris yang bertahan di rumah kontrakan bercat merah muda. Penggerebekan sudah berlansung sejak pukul 11.00 WIB di kontrakan milik H Suhanda.
Teriakan dengan pengeras suara agar keempat terduga teroris tersebut menyerahkan diri tak diindahkan. Bahkan sebuah bom pipa dilempar sehingga petugas pun mundur sejenak.
Nanan terus memerintahkan anak buahnya agar dilakukan upaya lain agar keempat orang yang hendak ditangkap tersebut menyerahkan diri.
"Saya menelepon Koordinator Kontras Abdul Haris Azhar dan Komnas HAM agar membantu membujuk mereka untuk menyerahkan diri," ujar Nanan di Jakarta, Kamis (9/5/2013) malam.
Namun dalam percakapan tersebut, Koordinator Kontras mengaku tidak memiliki aktifis yang berada di dekat lokasi.
Haris membenarkan ditelepon Nanan. "Pak Nanan telepon minta Kontras dan Komnas HAM untuk ikut ke lapangan penggerebekan. Dia nanya apakah ada aktifis Kontras di Bandung, saya bilang nggak ada, lalu dia minta apakah saya bisa ke Bandung, saya bilang enggak bisa, karena saya sedang sibuk mengurusi kasus perbudakan di Tanggerang. Tetapi saya bilang ke dia, saya akan bantu melalui jaringan saya," ujar Haris.
Lantaran dari Kontras dan Komnas HAM tidak ada yang bisa hadir membujuk, Nanan memutuskan untuk menindak keempat terduga teroris tersebut sesuai prosedur.
Nanan yang berasal dari Purwakarta lantas menggunakan bahasa Sunda untuk membujuk mereka. Tapi tetap saja dicueki.
Petugas selanjutnya menembakkan gas air mata agar mereka keluar dari rumah. Namun keempatnya tetap bertahan dan membalas. "Kita melakukan breaking wall agar mereka mudah menyerahkan diri, tapi tidak bisa juga," tegas Nanan.
Menurut Nanan, terduga teroris itu malah meneriakkan akan tetap berjihad. "Mereka teriakkan jihad, allahu akbar dan laknat Amerika," terang Nanan.
Tiga terduga teroris terus melawan hingga akhirnya tewas ditembak. Ketiganya yakni Budi alias angga, Bang Junet alias Encek dan Sarame. Sedangkan satu terduga teroris Haris Fauzi alias Jablud bisa ditangkap hidup-hidup. (Tribunnews/sam/yls)
Kisah Wakapolri Bujuk Teroris: Gunakan Bahasa Sunda
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Gusti Sawabi
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger