TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi memang tidak dapat dihindari, karena subsidi yang ada selama ini dinilai salah sasaran.
Anggaran dari subsisdi yang ada selama ini, seharusnya bisa digunakan untuk kepentingan langsung yang menyentuh masyarakat. Selain itu, kenaikan BBM akan menyehatkan APBN, karena terjadi penghematan anggaran.
Demikian yang dijelaskan oleh Ekonom INDEF,Fadhil Hasan dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Kamis (30/5/2013). Dalam siaran tersebut, juga tertulis bahwa materi telah disampaikan dalam diskusi "Urgensi Kenaikan BBM Bersubsidi"yang diselenggarakan BEM UNJ di kampusnya.
Menurut Fadhil Hasan, kenaikan BBM akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, opsi kenaikan harga BBM akan membuat anggaran lebih sehat jika dikaitkan dengan adanya alokasi penghematan anggaran tersebut.
Kenaikan BBM, lanjut Fadhil Hasan bisa mendorong percepatan diversifikasi energi. Murahnya harga BBM membuat program diversifikasi energi seperti penggunaan biogas, biodiesel dan gas terhambat, karena masyarakat masih menjadikan BBM subsidi sebagai primadona.
Sementara itu, Roby Triwahyudi, Koordinator BEM Jakarta Raya 2012 berpandangan penolakan masyarakat terhadap rencana kenaikan BBM, dikarenakan kenaikan tersebut akan membebani kehidupan mereka seperti nelayan, sopir angkutan umum dan para pengusaha home industri.
Sementara Bantuan Langsung Sementara(BLSM) tidak efektif karena pada kenyataannya lebih bersifat konsumtif dan tidak terpantau penyaluran dan anggarannya.
Karena itu, lanjut Robby, pemerintah harus mencari solusi lain yang lebih efektif untuk mengatasi dampak kenaikan BBM, agar tidak menambah anggka orang tidak mampu.