TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Politisi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka angkat bicara terkait peristiwa kerusuhan di KJRI Jeddah. Menurutnya, peristiwa ini memperlihatkan kinerja dan koordinasi pemerintahan SBY yang buruk .
Kasus TKI overstayer terjadi tiap tahun, mereka sesaki kolong-kolong jembatan. Tiap tahun kita meributkan persoalan yang sama. Pemerintah SBY tidak punya strategi. Ketika pemerintah Saudi memberi kemudahan, pemerintah tidak memanfaatkan dengan serius, lagi-lagi rakyat yg jadi korban. Padahal anggaran perlindungan WNI di luar negeri mencapai Rp 1 triliun," Rieke menjelaskan, Senin (10/6/2013)
Rieke kemudian meminta kepada pemerintah untuk segera mela langkah pro aktif kepada pemerintah Kerajaan Saudi agar memberikan perpanjangan waktu amnesti dan tidak mempersulit masalah dokumen warga Indonesia yang menjalani "pemutihan" dokumen (seperti yg dilakukan Pemerintah India dan Filipina).
Rieke juga menyarankan agar memberikan ijin kepada KBRI/KJRI untuk dapat menerbitkan Paspor kepada WNI yang masih ingin bekerja dengan bersyarat (bukan SPLP). Selain itu, membuka loket pelayanan di wilayah lain selain di KBRI Ryadh dan KJRI Jeddah.
"Kemudian, menyediakan linephone khusus dan prosedur resmi yang diterbitkan KBRI/KJRI berisi langkah-langkah proses amnesti. Baik itu yang ingin pulang maupun menetap di Saudi. Melibatkan pihak keamanan Indonesia baik itu intelijen dan sejenisnya untuk mengantisipasi ulah para calo. Dan menambah personil (melibatkan relawan) untuk pelayanan di loket-loket.
"Membuka tenda-tenda kesehatan dan menyediakan tim medis bagi warga kita yang mengurus pemutihan (cuaca di Saudi saat ini, siang: 45 sampai dengan 50 derajat, malam 35 derajat) Agar kerusuhan tidak terulang lagi. Saya mengajak semua pihak mampu menahan emosi. Tindak Kekerasan tidak akan membawa penyelesaian," pungkas Rieke Diah Pitaloka.
Diberitakan sebelumnya, ribuan pekerja Indonesia di Jeddah, Arab Saudi, dikabarkan mengamuk di Konsulat Jendral RI, Minggu (9/6/2013) waktu setempat. Mereka membakar beragam perkakas di pintu masuk konsulat. Dalam kejadian itu, para pekerja Indonesia disana berusaha menerobos untuk melakukan pembakaran gedung. Aksi tersebut dipicu kemarahan atas proses dokumen perjalanan.
"Kami masih memeriksa apakah ada korban atau berapa banyak pekerja terluka," kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur seperti dikutip Arab News. Dia mengatakan bahwa semua diplomat dan staf konsuler aman.