TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian siap mengusut anggotanya yang melakukan penembakan terhadap demonstran penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Demikian diungkapkan Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Agus Rianto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (17/6/2013).
"Prinsipnya penggunaan senjata api dalam pengamanan unjuk rasa akan dimintai pertanggungjawabnya," kata Agus.
Dikatakan perwira menengah kepolisian ini dalam penggunaan senjata api oleh anggotanya ada mekanisme yang mengaturnya.
"Penggunaan senjata api ada mekanismenya, sehingga bila ada informasi-informasi dari lapangan, bisa disampaikan untuk diketahui bagaimana fakta yang sebenarnya sehingga semua pihak bisa terayomi supaya jelas faktanya, termasuk anggota kita yang di lapangan," ujar Agus.
Dalam demonstrasi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) baik dari demonstran, petugas kepolisian, serta wartawan ada yang menjadi korban.
Dijelaskan Agus, demo penolakan kenaikan harga BBM di Ternate, Maluku Utara berujung anarkis setelah massa melakukan pelemparan dengan batu dan menggunakan katepel ke arah petugas kepolisian.
"Akibatnya satu anggota kepolisian masih di UGD dan enam lainnya luka-luka. Sementara dari pelaku demonstran ada enam yang mengalami luka-luka, kebetulan satu diantaranya wartawan dari Mata Publik. Enam korban tersebut berdasarkan data yang ada pada kita terkena luka tembak dengan peluru karet," ungkapnya.
Mengenai penggunaan peluru karet, kepolisian menjelaskan bahwa sesuai Protap Polri dalam pengamanan kegiatan demonstrasi tidak menggunakan peluru tajam.
"Ini sudah sesuai dengan aturan. Untuk tindakannya sesuai penilaiaan Kapolda untuk melakukan langkah lebih lanjut dalam rangka keamanan masyarakat yang lebih luas," katanya.
Kemudian, serang waratawan kontributor Trans 7 di Jambi menjadi korban akibat terkena pecahan tabung gas air mata yang dilemparkan aparat kepolisian.
"Petugas melepaskan gas air mata agar tidak terlalu anarkis, namun di tengah massa ada wartawan bernama Anton dari Trans 7 berdiri di tengah massa dan terkena kemungkinan pecahan tabung gas air mata, jadi bukan karena peluru tembakan petugas," ujarnya.