TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku dirinya menerima pesan singkat (short message service/SMS) dari seorang narapidana mengungkap persoalan yang berakibat pada kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta Medan, Sumatera Utara, Kamis lalu.
"Yang di dalam pun mengirim SMS kepada saya, saya hargai," ujar Presiden dalam pengantarnya saat memimpin rapat kabinet di Pangkalan Udara TNI-AU Halim Perdanakusuma Jakarta, Sabtu (13/7/2013).
Kata SBY, napi tersebut mengungkapkan bahwa matinya listrik dan air menjadi penyebab keributan tersebut. Ditambah lagi, kurangnya respon aparat Lapas.
"Yang di dalam narapidana, intinya, Pak SBY jangan salah terima. Listrik dan air penyebabnya. Tidak ada respon memadai, ada provokator memang," ucap SBY.
Presiden ingatkan, bahwa para napi pun memiliki hak dasar yang harus dipenuhi oleh aparatur negara yang bertugas. Apalagi, seperti saat ini di bulan Ramadan, banyak diantara napi yang menjalankan ibadah puasa. Sehingga listrik dan air sangat mendasar dibutuhkan mereka.
"Napi juga memiliki hak-hak dasar yang harus kita penuhi. Ini bulan ramadan, banyak diantara mereka yang juga berpuasa. Jadi jangan gara-gara napi lantas kehilangan hak dasarnya. Ini prinsip!" cetus Presiden.