Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai ancaman teroris cukup meningkat akhir-akhir ini. Hal itu menjadikan alasan bagi aparat keamanan untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Apalagi, serangkaian peristiwa berbau kejahatan terorisme sudah merongrong sistem keamanan dalam negeri yang terjadi menjelang akhir bulan Ramadan, baru-baru ini," kata Bambang Soesatyo melalui keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Minggu (11/8/2013).
Politisi Golkar mengatakan tidak hanya ledakan bom di Vihara Ekayana, tetapi juga rangkaian kasus penembakan prajurit polisi serta serangan terhadap fasilitas Polri sebagai indikator menguatnya ancaman terorisme di dalam negeri.
Indikator lain, kata Bambang, yang tidak boleh diremehkan adalah kasus hilangnya 250 dinamit milik PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) di Subang, serta pembobolan penjara Tanjung Gusta di Medan yang menyebabkan sejumlah narapidana teroris melarikan diri.
"Tidak berlebihan untuk mengaitkan pembobolan penjara Tanjung Gusta dengan sinyalemen atau imbauan Organisasi Polisi Kriminal Internasional (ICPO) baru-baru ini," ujarnya.
ICPO, lanjutnya, memperingatkan bahwa pembobolan penjara di sejumlah negara merupakan ancaman besar bagi keamanan global. Bahkan ICPO menduga jaringan Al-Qaeda juga terlibat dalam penyerangan dan pembobolan sejumlah penjara di sembilan negara.
Karena itu, kata Bambang, ledakan bom berskala rendah di Vihara Ekayana, serta penembakan terhadap polisi dan serangan bom terhadap fasilitas Polri patut dilihat sebagai kecenderungan.
"Sebuah kecenderungan yang menjelaskan dengan gamblang bahwa ancaman terorisme di dalam negeri masih ada dan sangat nyata," imbuhnya.
Ia menilai bom di Vihara dan upaya membunuh polisi layak dimaknai sebagai upaya menjajal kewaspadaan aparat keamanan dalam negeri. "Atau, bahkan bisa juga sebagai serangan pengalih perhatian untuk membidik sasaran lain yang lebih besar dan strategis dengan skala serangan yang jauh lebih besar," ungkapnya.