Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Sudah tiga kali kasus penembakan polisi di wilayah Polda Metro Jaya dalam satu bulan terakhir. Diduga kuat peluru yang menembus tubuh Aipda Patah Saktiyono, Aiptu Dwiyatno, Aiptu Koes Hendratno, dan Bripka Ahmad Maulana bersal dari senjata api yang sama.
"Melihat dari anak peluru karena sama dengan TKP (Tempat Kejadian Perkara) pertama, tempat ke dua, dan ketiga, diduga berasal dari senjata yang sama. Semoga ini bisa mempermudah penyidikan untuk mengetahui dari kelompok mana mereka," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie kepada wartawan, Sabtu (17/8/2013).
Berdasarkan selonsong peluru yang ditemukan dari lokasi kejadian penembakan Aiptu Kus Hendratna dan Bripka Ahmad Maulana memiliki kesamaan ukuran dengan selongsong peluru yang ditemukan di lokasi penembakan Aiptu Dwiyatno memiliki ukuran yang sama 9,9 mili meter.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto saat dihubungi wartawan dalam waktu berbeda menjelaskan bahwa peluru yang menembus tubuh Aiptu Kus Henratna dan Bripka Ahmad maulana masih diteliti laboratorium forensik.
"Dilokasi kejadian ditemukan ada selongsong anak peluru ukuran 9,9 mili meter," ucapnya.
Melihat adanya selongsong kemungkinan pelaku menggunakan senjata api jenis pistol bisa merk FN maupun Baretta.
Penembakan di Pondok Aren bermula saat Babinkamtibmas Polsek Pondok Aren Aiptu Kus Hendratno melintas di Jalan Graha Raya Pondok Aren Tangerang Selatan, Jumat (16/8/2013) mengendarai sepeda motor menuju Polsek Pondok Aren untuk mengikuti apel pengamanan HUT ke 68 RI.
Kemudian dua orang pelaku mengejar sang Aiptu Kus dengan menggunakan sepeda motor matic dari belakang dan menembak kepalanya sampai anggota bhayangkara tersebut tersungkur dan meninggal di lokasi kejadian.
Sesaat setelah peristiwa penembakan Aiptu Kus, Bripka Ahmad Maulana bersama tiga rekannya yang tergabung dalam tim Buser Polsek Pondok Aren langsung mengejar pelaku dengan menggunakan mobil. Sempat terjadi baku tembak antara tim Bripka Maulana dengan pelaku saat aksi kejar-kejaran tersebut.
Mobil yang ditumpangi Bripka Maulana pun berhasil menabrak motor yang ditumpangi pelaku hingga jatuh. Namun naas mobil buser tersebut pun terperosok, saat mobil petugas terjebak tiba-tiba pelaku bangkit dan menghampiri mobil buser tersebut kemudian menembak Bripka Maulana hingga tewas. Kemudian pelaku pun lari dengan merampas motor milik seorang satpam tidak jauh dari lokasi kejadian.
Begitu juga dalam kasus penembakan Aiptu Patah, kejadian sekitar pukul 04.30 WIB, Sabtu (27/7/2013) di Jalan Cirendeu Raya tepatnya di depan sekolah Al Path. Aiptu Patah Saktiyono anggota Satlantas Polrestro Jakarta Pusat ditembak orang tidak dikenal dari belakang saat berangkat dari rumahnya Bojong Gede, Depok, Jawa Barat untuk pergi ke tempat kerjanya di Gambir, Jakarta Pusat menggungakan sepeda motor.
Pelakunya saat itu berjumlah dua orang dengan mengenakan satu sepeda motor jenis matic. Pelaku menembak Aiptu Patah dari belakang sehingga mengenai punggungnya. Saat ditemukan kondisi Aiptu Patah dalam keadaan sadar, beruntung anggota polisi tersebut bisa selamat dari maut.
Serupa kejadian yang dialami almarhum Aiptu Dwiyatno Aiptu Dwiyatna anggota Babinkamtibmas Polsek Cilandak tersebut tewas ditembak di Jalan Otista Raya tidak jauh dari Rumah Sakit Sari Asih Ciputat, Rabu (7/8/2013) sekitar pukul 04.30 WIB.
Pelaku penembakan yang diketahui dua orang menggunakan satu sepeda motor dengan mengenakan helm full face membuntuti korban kemudian korban yang mengendari sepeda motor dipepet dari sebelah kanan kemudian pelaku mengeluarkan pistol dan menembak kepala Aiptu Dwiyatna hingga tewas di lokasi kejadian.