TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, meminta perayaan Hari Ulang Tahun ke 68 kemerdekaan RI dijadikan sebagai momentum refleksi bagi para pegawai yang dibawahinya.
"Saya juga meminta kepada teman-teman pada kesempatan yang baik ini untuk merenungkan atau refleksi sifat profesi diplomasi yang mungkin terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan perubahan kondisi internasional dan global dewasa ini," ujarnya pada pidato HUT Kemlu RI yang ke-68, Senin (19/08/2013).
Menurutnya globalisasi dan arus informasi yang semakin terbuka dan cepat mengharuskan semua pegawai Kemlu, baik sebagai diplomat di Jakarta ataupun perwakilan untuk menyesuaikan kecepatan bekerjanya, dengan melakukan pendekatan secara antisipatif kepada suatu permasalahan.
Ia melanjutkan, jika pegawai Kemlu tidak bisa menyesuaikan diri dengan cara-cara kerja yang antisipatif maka nilai tambah yang dapat diberikan sebagai Corps Diplomatik akan terbawa dampaknya.
Pada penutup pidatonya, Marty menegaskan bahwa aset utama dari pelaksanaan Politik Luar Negeri (Polugri) bukanlah gedung yang mewah ataupun fasilitas kendaraan yang serba mencukupi melainkan Human resources dan Human capital yang Kemlu miliki.
"Apa yang bisa kita berikan kepada Kemlu? Have we done all we can? Apakah kita sudah betul-betul bekerja, bekerja dan bekerja?".
Seusai acara pidato Marty, penyelenggaraan HUT Kemlu RI dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Menlu dan Ibu Sranya Natalegawa untuk diberikan kepada perwakilan sesepuh Kemlu, Ibu Duta Besar Musma Abbas dan perwakilan pegawai Kemlu, Bapak Sardi Budianto. Acara yang dihadiri para pejabat Eselon I dan II Kemlu, para sesepuh Kemlu dan seluruh pegawai diisi dengan acara hiburan seperti penampilan band “The Ambassadors” dan “The Diplomats” serta pemberian grand prize sepeda motor maupun hadiah menarik lainnya.