News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Baim Wong Ingin Tahu Sosok Sang Proklamator Lebih Dalam

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kacung Marijan, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, memotong tumpeng pada acara Launching Produksi Film Soekarno di Hotel Century Atlet, Senayan, jakarta Pusat, Kamis (5/9/2013). Film yang bercerita tentang masa pembuangan Soekarno di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur ini diproduksi oleh PT Cahaya Kristal Media Utama . Berdasarkan tema ceritanya, maka Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai harapan besar, film ini dapat meningkatkan pemahaman generasi muda untuk belajar mengenai makna kebangsaan, persatuan dan kesatuan melalui sosok Soekarno. (WARTAKOTA/Nur Ichsan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baim Wong diplot sebagai pemeran Soekarno dalam 'Film Soekarno'. Baim mengaku sebelumnya tidak pernah mengenal secara jauh sosok Soekarno. Ia pun mengaku salah satu orang yang buta soal kemerdekaan.

"Saya salah satu orang yang tidak tahu soal Soekarno, saya juga buta soal kemerdekaan," kata Baim dalam Konferensi Pers Peluncuran Produksi Film Soekarno di Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Saat mendapatkan peran untuk menjadi sosok Soekarno, Baim langsung melakukan observasi tentang tokoh proklamator tersebut. Hal itu untuk lebih menjiwai sebagai Soekarno saat diasingkan di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

"Saya begitu dapat peran sebagai Soekarno langsung observasi. Saya mulai baca buku mengenai Bung Karno," katanya.

Bahkan, setelah banyak membaca buku tentang Soekarno, Baim ingin mengetahui lebih jauh sosok presiden pertama Indonesia tersebut. Ada satu hal yang Baim kagumi dari sosok Soekarno.

"Saya senang Soekarno itu Islamnya kuat," katanya.

Film Soekarno yang akan segera dimulai produksinya mengisahkan sang proklamator selama masa pengasingan di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Selama empat tahun sejak 1934-1938 Soekarno diasingkan di Flores.

Empat tahun di pengasingan yang jauh dari habitus politiknya, membuat Soekarno mengalami keteraasingan eksistensial paling parah di sepanjang hidupnya.

Namun ditengah keterasingan secara sosial-politik, Soekarno bukannya menjadi tak berdaya, namun menemukan kekuatan baru dalam melawan kolonialisme dan imperialisme.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini