Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS, JAKARTA - 50 tahun sudah Kompas Gramedia berkiprah dalam dunia media dan pencerahan masyarakat. Selama waktu itu pula Kompas Gramedia menghidupkan dirinya dari awal hingga kini lewat ide besar berupa 'Indonesia Mini' atau 'Indonesia Kecil'.
Agung Adi Prasetyo CEO Kompas Gramedia menuturkan bahwa ide besar dan profetis itu tertuang dalam buku bunga rampai "Mengembangkan Indonesia Kecil." Sebuah kompilikasi ungkapan pengalaman menghidupkan Kompas Gramedia mulai 20 karyawan pada 1963 hingga menjadi 21 ribu orang di 2013.
Buku yang berefleksi mengenai perjalanan Kompas Gramedia mulai dari media hingga usaha Hotel Santika, Tisu Tessa, Kompas TV, Jalan Tol Jagorawi-Cinere hingga ke Universitas Multimedia Nusantara ini diluncurkan pertama kali pada perayaan 50 tahun lembaga Kompas Gramedia, di Grand Ballroom Rizt Cralton, Pasific Place Jakarta, Senin (9/9/2013).
Agung juga menegaskan, buku "Mengembangkan Indonesia Kecil" bukan buku sejarah, bukan buku laporan perusahaan, jauh juga dari pameran keberhasilan.
"Buku ini menjadi refleksi atas ide besar untuk menjunjung nilai kemanusiaan yang berbhineka dan sebagai ujud syukur untuk berbagi pengalaman pada masyarakat yang lebih luas," jelas Agung.
"Buku ini kami harap bisa menjadi inspirasi dan kontribusi bagi Indonesia yang lebih baik," harapnya.
Dalam Buku setebal 446 halaman ini, Pendiri Kompas Gramedia Group dan Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama pun menyampaikan sambutan. Rekan Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong) yang mendirikan Harian Kompas ini menyatakan Judul "Mengembangkan Indonesia Kecil" mau mengungkapkan proses menuju Indonesia kecil.
"Sudah dibangun tapi belum selesai sehingga lebih tepat menjadi Indonesia. Small Indonesia in the making," ungkap Jakob Oetama.
Lebih lanjut Jakob katakan, dirinya dan PK Ojong merintis dan mendirikan usaha ini tidak sekedar usaha bisnis. "Usaha kami sebagai bagian dari ikut serta membangun sebuah Indonesia dalam lingkup kecil," jelas Jakob.
Menurutnya, semangat ini tidak lepas dari cita-cita besar Indonesia yang didasarkan atas kesamaan kemanusiaan Indonesia, heterogenitas Indonesia yang beragam.
"Di atas keberagaman itulah Indonesia yang satu, ber-Bhinneka Tunggal Ika. Kompas Gramedia ikut serta berusaha terus-menerus menjadikan Indonesia lebih baik," tuturnya.