TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief kembali menumpahkan kekecewaannya kepada aktor Amerika Serikat Harrison Ford. Kekecewaan Andi Arief terkait insiden saat Ford sebelum melakukan wacancara dengan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Diberitakan sebelumnya, sebelum wawancara dengan Menteri KehutananZulkifli Hasan di Jakarta, Senin (9/9/2013), siang kemarin, diwarnai insiden kecil. Menteri Kehutanan Zulkfili Hasan tersinggung dengan aktor kenamaan itu.
Menhut menceritakan kepada Andi Arief, sebagai tuan rumah yang baik, karena belum pernah bertemu sebelumnya, Menhut mengira sebelum pengambilan gambar wawancara ada diskusi kecil seperti biasanya.
"Mana yang lebih banyak merusak hutan kita, masyarakat yang disebut perambah ataukah perusahaan-perusahaan yang sederetan panjang juga berasal dari negaranya Harrison Ford. Harusnya, aktivis lingkungan yang warganegara asli Indonesia juga jangan dengan konsep kekaguman melakukan apa saja yang dimauinya," kritik Andi Arief dalam pernyataannya dikirimkan kepada Tribun, Rabu (10/9/2013).
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan membenarkan Harrison Ford sempat menaiki meja ketika menunggu di ruang tunggu Kementerian Kehutanan sebelum mewawancarainya. Hanya, Menhut menganggap tidak ada niat buruk Horrison.
Menhut bercerita, Harrison emosional ketika mewawancarainya terkait perambahan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau. Kepada Menhut, Harrison menceritakan kondisi hutan di Riau. Banyak perambah hutan yang dibiarkan.
Andi Arif kemudian memberikan penjelasan lagi atas apa yang menjadi kekesalan Harrison Ford. "Jawab saja begini, memang hutan kami masih ada masalah dan masalah itu bukan dilakukan oleh rakyat kami, tapi perusahaa-perusahaan besar termasuk dari negara Anda punya andil besar merusak hutan kami," tegasnya.
Bahkan sejak kolonialisme, Andi Arief mengingatkan, hutan milik Indonesia sudah dijamah. "Jika Anda ingin membuat film lingkungan, kami akan bantu dengan syarat, Anda, Harrison Ford juga melihat apa yang telah diperbuat pemerintahanmu-terhadap hutan di Papua. Anda, sebagai aktivis lingkungan sampaikan protes keras saat ini juga pada pemerintah anda, khusunya PT Freeport tentang eksploitasi tambang di Papua," pungkas Andi Arief lagi.
"Kasih bumbu-bumbu sedikit. dalam pepatah kami Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, Kuman di seberang dijadikan film. Itulah bedanya Aktor yang memainkan film berbasis riset dengan periset. Periset menulis di atas meja, Aktor naik meja," kata Andi Arief lagi.