TRIBUNNEWS.COM ARAFAH —- Salah satu prinsip Islam dalam membangun masyarakat adalah mempersatukan individu-individu dalam masyarakat melalui sebuah wadah persaudaraan. Dulu, pada masa awal Islam, iman yang tertanam dalam diri para sahabat berhasil mengubur permusuhan yang berkepanjangan di Madinah, terutama antara kabilah Aus dan Khazraj.
“Semangat persaudaraan itu pula yang menggerakkan kaum Muslimin di Madinah (al-Anshar) untuk menyambut dan menerima dengan hangat kedatangan kaum Muhajirin, yaitu orang-orang Muslim yang terusir dari kampung halaman mereka di Mekkah,” pesan Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Suryadharma Ali ketika memberikan sambutan pada puncak penyelenggaraan ibadah haji 1434H, wukuf di Arafah.
“Kaum Anshar begitu sangat mencintai orang yang berhijrah ke Madinah. Tidak ada pamrih sedikit pun, bahkan mereka lebih mengutamakan orang-orang Muhajirin dari pada diri mereka sendiri walaupun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu,” tambah Menag.
Menurut Menag,persaudaraan yang begitu mendalam dapat meleburkan berbagai kepentingan pribadi dan kelompok dalam wadah kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Dalam wadah tersebut, beragam suku dan kabilah, warna kulit dan ras, hidup secara rukun dan damai, tanpa perbedaan.
Mengutip hadis Nabi, Menag mengilustrasikan persaudaraan Anshar dan Muhajirin bak satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh menderita sakit maka bagian tubuh yang lain akan panas dan demam. “Solidaritas dan kepedulian antara sesama di kalangan mereka begitu tinggi, melampaui batas-batas kepentingan pribadi dan kelompok,” kata Menag.
Kepada jamaah haji Indonesia, Menag berharap semangat seperti ini bisa dikembangkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama saat akan menyongsong pesta demokrasi di tahun 2014. “Suhu politik menjelang Pemilu legislatif dan Pilpres bila tidak dikelola dan disikapi secara arif akan menimbulkan banyak persoalan. Gesekan dan persinggungan antara berbagai kepentingan akan mudah sekali menyulut konflik di tengah masyarakat,” katanya.
Dari Padang Arafah, Menag mengajak masyarakat Indonesia, baik yang sedang wukuf maupun yang di Tanah Air, untuk meneguhkan kembali tekad memelihara persatuan dan kesatuan dalam wadah persaudaraan sebangsa dan setanah air.“Dengan bersatu kita akan bisa membangun negeri, sebaliknya dengan berpecah belah dan saling bermusuhan kita akan gagal dan kehilangan harkat dan martabat sebagai bangsa,” tutup Menag.
Sebelumnya, Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansur, memberikan pesan Arafah tentang semangat kesabaran sebagai cermin pribadi muslim yang kuat. Selain itu, Gatot juga berpesan tentang kesederhanaan yang tercermin dalam tata laku hidup yang hemat dan tidak belebihan; tata laku hidup yang berpegang teguh pada prinsip kehalalan dan tidak koruptif.
Juga semangat persatuan dan toleran yang selalu berusaha menemukan titik temu bukan titik pecah.“Di sini, kita semua akur, toleran dan menenggang perbedaan pendapat dengan siapapun,” kata Gatot.
Ketiga semangat di atas, lanjut Gatot, menjadi lebih sempurna manakala dibingkai dalam semangat ibadah hingga kita mendapat hadiah haji mabrur. Bagi Gatot, haji mabrur adalah haji yang sabar dan kuat, hemat dan tidak berlebihan, haji yang sederhana, berprinsip kehalalan, dan tidak koruptif. Haji mabrur adalah haji yang penuh semangat persatuan dan toleran, haji yang penuh semangat dalam beribadah. “Itu semua dirangkum dalam haji yang mabrur,” tutur Gatot.
“Kalau oleh-oleh ini kita laksanakan di Tanah Air, insya Allah Indonesia akan dipenuhi dengan orang-orang yang baikdan mabrur,” tutupGatot. (mkd/Situs Kemenag)