Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, SERANG - Haji Embay Mulia Syarief (62) disebutkan adalah seorang tokoh silat dari Kota Serang, Banten. Ia merupakan mantan orang kepercayaan dari almarhum Chasan Sochib, jawara sekaligus pengusaha yang tinggal tak jauh dari kediamannya di kawasan Kebon Jahe, kota Serang, yang merupakan ayah dari Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah.
Haji Embay dari kecil dikenal sebagai pemberani. Hal itu diakui oleh almarhum Haji Chasan Sochib. Embay mengaku, sejak duduk di bangku SMP sudah direkrut Haji Chasan untuk membantu usaha. Saat itu dikatakan, Chasan masih berbisnis beras dibawa bendera CV Sinar Ciomas.
Selepas SMU, Embay memutuskan untuk merantau ke luar Serang. Ia baru kembali ke kampung halamannya pada tahun 1974. Setelah ia gagal usaha beras, di tahun yang sama Chasan mengajaknya bergabung ke perusahaannya. Embay pun menerima tawaran itu. Ia menjabat sebagai salah satu direksi Sinar Ciomas yang sudah bertransformasi menjadi Perseroan Terbatas (PT).
"Saya awalnya nggak yakin sama tawaran almarhum (Chasan). Tapi dia bilang ke saya, kalau saya pasti bisa belajar. Dia percaya sama saya," tuturnya.
Pekerjaan pertama yang diberikan ke Embay adalah proyek pengamanan lahan di Cilegon, yang rencanannya akan dibangun pabrik Krakatau Steel. Kata dia saat itu masih ada sebagian penduduk yang tidak senang pada pembangunan pabrik itu meski lahan sudah dibebaskan sesuai peraturan yang berlaku.
Setiap pekerja selesai memasangi patok, pada malam harinya patok-patok tersebut pun dicabuti. Saat rombongan dari PT Sinar Ciomas datang, kata Embay, hal itu pun tidak lagi terjadi. Embay menjelaskan ia bisa sukses menyelesaikan pekerjaannya karena dekat dengan jawara-jawara lokal.
Ia bahkan mengaku merangkul jawara lokal untuk bekerja di proyek tersebut. Alhasil konflik pun berakhir, dan pabrik peleburan baja itu bisa kokoh berdiri dan beroperasi hingga kini. Embay bertahan di perusahaan tersebut hingga tahun 1974 karena berencana membuka usaha sendiri, dan mulai tidak sepemikiran dengan Chasan.
Embay sempat menjabat sebagai kepala Kadin kota Serang selama sepuluh tahun. Saat ia menjabat ia kerap menolak untuk memberikan keistimewaan kepada PT Sinar Ciomas, dan hal itu membuat Chasan murka. Konflik antara Embay dan Chasan pun semakin membesar.
Puncaknya, Embay menulis opini di salah satu koran lokal Banten, yang judulnya "Jawara Bukan Centeng Yang Dibayar". Atas tulisan itu, Chasan pun makin murka. Kemurkaan itu hanya ditunjukan dengan makian yang disampaikan Chasan melalui telepon. Karena masih menghormati pendiri PT.Sinar Ciomas itu Embay memutuskan untuk tidak meladeninya. Pascamakian itu, tidak ada ancaman fisik yang sampai kepadanya.
Salah seorang pendiri Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten itu mengakui dalam menjalankan bisnisnya Chasan kerap memanfaatkan jawara-jawaranya untuk menakut-nakuti lawan bisnisnya. Namun Embay tak sekalipun sempat menyaksikan haji Chasan dan anak buahnya melakukan kekerasan fisik ke orang lain.
"Kata orang-orang sih begitu (suka menggunakan kekerasan fisik), tapi selama saya kenal almarhum saya belum pernah lihat itu," jelasnya.
Modal kejawaraan itu pula yang dimanfaatkan Chasan untuk mensukseskan keturunannya memenangi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), antara lain: Ratu Atut sebagai Gubernur Banten, Ratu Tatu Chasanah, adik Atut sebagai Wakil Bupati Kabupaten Serang, Airin Rachmi Diany, adik ipar Atut sebagai Walikota Tangerang Selatan dan Haerul Jaman, adik tiri Atut yang menjabat sebagai Wali Kota Serang.
Embay memiliki teori tersendiri mengenai orang-orang termasuk Jawara-jawara yang kerap berada di sekitar Haji Chasan. Kata dia orang-orang itu adalah mereka yang mendapatkan fasilitas dari ayahanda Ratut Atut Chosyiah itu, ketika tidak diberi fasilitas maka loyalitas mereka pun diragukan.
Oleh karena itu pascapenangkapan istri Airin bernama Tubagus Chaeri Wardana dan pencekalan Ratu Atut atas dugaan suap Pilkada Lebak, Embay ragu di tanah Banten akan terjadi kerusuhan, walaupun sejumlah pihak menurutnya sudah berusaha memanfaatkan situasi ini.
TRIBUNnews.com coba mengkonfirmasi sikap politik PPSBB. Namun pada Rabu (16/10) saat disambangki Markas Komando DPP mereka di Jalan Ahmad Yani, kota Serang kosong. Komandan Pasukan PPSBB, Haji Abdur Rahman pun tidak membalas telepon dan SMS.