News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat: Tidak Masalah Lembaga Survei Merilis Hasil Surveinya

Penulis: Eri Komar Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perhitungan Cepat: Direktur Jaringan Suara Indonesia (JSI), Fajar S Tamin sampaikan hasil perhitungan cepat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2013-2018 di Hotel Gumaya, jalan Pemuda, Kota Semarang, Jateng, Minggu (26/05/2013). Dari 97 persen data perhitungan cepat hasil suara pemilihan Gubernur Jateng 2013-2018 dari SJI, pasangan calon Gubernur Jateng yang menduduki posisi pertama yakni Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko (Gagah) dengan nilai 48,73 persen, diikuti Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo (Bissa) dengan 30,24 persen dan diurutan terakhir pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono (HP-DON) dengan presentase 21,03 persen. Sedangkan data Lembaga Survei Indonesia pasangan HP-DON 20,50 persen, Bissa 30,11 persen dan Gagah 49, 33 persen. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Pemerhati Pemilihan Umum dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin mengatakan sebenarnya tidak ada yang salah dengan lembaga survei yang menghasilkan riset tendensius.

Hanya saja, kata Salahudin, masyarakat menjadi terpengaruh karena hasil tersebut dipublikasikan ke media dan media memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik.

"Ya nggak ada masalah lembaga survei ini merilis hasil survei-surveinya. Cuma waktu hasil itu disampaikan kepada masyarakat tentu ini akan membuat masyarakat terpengaruh. Kan kekuatan media hari ini telah mampu mempengaruhi masyarakat jadi memang tidak bisa dibatasi survei tersebut," kata Said di KPU, Jakarta, Jumat (25/10/2013).

Said mengingatkan tidak semua lembaga survei hari ini melaksanakan fungsi penelitian ilmiahnya. Lembaga survei tersebut sudah tidak lagi menjadi lembaga survei murni. Sebagian lembaga survei tersebut memilih untuk menikmati keuntungan dengan bekerja sama dengan partai politik atau klien untuk tujuan politik.

"Ini akibat lembaga survei adalah lembaga yang mengklaim sebagai lembaga profesional mereka tidak punya kesungkanan untuk masuk dalam ranah partisan, berbeda dari para pengamat yang sudah partisan, publik tidak percaya," terang Said.

"Kemudian lembaga survei karena dia sebagai lembaga profesional dia bisa menerima order dari pihak mana pun. Jadi dia lembaga profesional yang kecendrunganya ke bisnis. Kenapa bisnis maka mereka sudah tidak melihat pakem-pakem tadi. Sementara kami para pengamat masih melihat pada koridor objektivitas," lanjut dia.

Akan tetapi Said menggarisbawahi bahwa masyarakat akan semakin cerdas. Hasil lembaga survei tersebut tidak akan ditelan begitu saja.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini