TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pembina Demokrat Ahmad Mubarok meragukan keaslian pesan singkat dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia.
Apalagi sebagai anggota dewan pembina Demokrat, Mubarok tidak mendapatkan pesan singkat dari Ketua Umum Partai Berlambang Bintang Mercy itu.
"Saya masih ragu, engga dapat tembusannya, biasanya kalau SBY kirim sms biasanya dapat, itu kan arahan khsusus," kata Mubarok di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (31/10/2013).
Mubarok mengatakan pesan singkat SBY biasanya tidak mendetil dan tidak menyebutkan nama orang. Ia pun mencurigai adanya pihak lain yang mengirimkan pesan singkat itu.
"Ada orang mirip seperti Pak SBY. Engga yakin Pak SBY mengirim, apalagi ke orang tertentu, saya engga dapat, yang lain engga dapat," kata Mubarok.
Mengenai sikap SBY yang emosional, Mubarok mengatakan hal itu wajar. Namun tetap ada batasan emosi SBY. "Ini karena orang yang melaporkan kepada Pak SBY," kata Mubarok.
Ia pun prihatin dengan adanya orang-orang yang melaporkan hal tidak benar kepada SBY. "Pemimpin terkacaukan, kasihan sama Pak Presiden, bahasanya pembisik-pembisik. Di politik selalu ada jaman Pak Karno dan Pak Harto. Pemimpin urusan banyak sensitif, SBY kan sangat terukur, beliau banyak pikiran terus ada masukan yang keliru," ujarnya.
Ia pun mengungkapkan peran menteri dimaksimalkan sebagai pembantu presiden dan bukan hanya diam. "Kalau ada isu, menteri yang ngomong bukan presiden, yang ada ini menteri tiarap presiden yang ngomong," katanya.
Menurut Mubarok, SBY akan mengambil pelajaran dari sikap yang sempat emosional menanggapi PPI. "Untuk kebaikan tidak ada yang telat," kata Mubarok.