News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Amerika Menyadap

Ungkit Kemacetan Jakarta, SBY Lari dari Permasalahan Penyadapan

Penulis: Ferdinand Waskita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi penyadapan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang mengalihkan isu publik dengan menghembuskan persoalan kemacetan di Jakarta. Menurut Bambang, SBY lari dari persoalan memalukan yang sedang dihadapi pemerintahannya, yakni penyadapan oleh Amerika Serikat (AS) dan Australia.
 
"Berbeda dengan para pemimpin Eropa yang secara terbuka menunjukakn amarah mereka terhadap AS, Presiden RI bahkan nyaris tidak merespons ulah dua negara itu," kata Bambang dalam keterangannya, Minggu (10/11/2013).

Ia mencontohkan kanselir Jerman, Angela Merkel sangat marah pada presiden AS Barack Obama karena telepon selulernya disadap para agen NSA (Badan Keamanan Nasional) AS.
 
"Alih-alih marah karena disadap Australia, presiden SBY justru coba mengalihkan perhatian publik dari isu penyadapan tadi dengan menjadikan kemacetan di Jakarta dan kota lain sebagai isu tandingan," ujarnya.

Presiden, kata Bambang, juga terkesan tendensius karena menyebut nama Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi). Akibatnya, cara publik mempersepsikan pernyataan soal kemacetan itu pun menjadi lain.
 
Apalagi, lanjut Politisi Golkar itu, SBY mengemukakan masalah kemacetan lalu lintas itu di forum yang dihadiri para pengusaha anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Bogor, belum lama ini.

"Selain isu penyadapan, persoalan lain yang sedang mengemuka saat itu adalah tuntutan pekerja atas kenaikan Upah Minimum Regional (UMR). Sangat faktual karena tuntutan itu diwarnai oleh rangkaian unjuk rasa pekerja di sejumlah daerah," katanya.

Para praktisi bisnis, ujar Bambang, juga sedang menyoroti lemahnya kinerja ekspor akibat menurunnya permintaan dari kawasan Eropa yang sedang dilanda krisis ekonomi.
 
Menurut Bambang, sangat relevan jika Presiden saat itu menyinggung masalah upah pekerja, serta memotivasi para pengusaha untuk menggenjot volume ekspor.

"Membahas kemacetan pun relevan dalam konteks infrastruktur yang ideal. Namun, manakala semua persoalannya dilimpahkan ke pundak para gubernur dan walikota, presiden terkesan tidak bertanggungjawab dan hanya bisa menyalahkan bawahan," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini