News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Australia Menyadap

Menjaga Hubungan Baik Tidak Harus Lemah tapi Tetap Tegas

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan Demontran yang berbagai elemen ormas menggelar aksi di depan kedutaan Australia, Jalan Rasuna Said, Jakarta, Jumat (22/11/2013) aksi memprotes tindakan negara Kangguru melakukanpenyadapan kepada petinggi di negara Indonesia ini diwarnai saling dorong antara petugas kepolisian dan masa demonstran. (Warta Kota/Adhy Kelana)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia seharusnya dilaporkan ke badan dunia PBB seperti yang dilakukan Jerman, Brasil dan Spanyol terkait penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap 35 pemimpin dunia.

“Tapi, kita unik dalam merespon penyadapan tersebut, selain marah-marah, bakar-bakar, mencaci-maki, dan melempari Kedubes Australia di Jakarta, dan reaksi Presiden SBY pun lambat dan hanya menyurati PM Tony Abbott, seolah tak memahami etika hubungan antar negara,” ujar Peneliti LIPI Jaleswari Pramodhawardani dalam dialog ‘Menakar hubungan Indonesia-Australia pasca penyadapan’ bersama anggota DPD RI Poppy Darsono, dan anggota Komisi I DPR RI Tantowi Yahya di Gedung DPD RI Jakarta, Rabu (27/11/2013).

Menurutnya, kalau mau tegas Presiden SBY bisa meninjau kembali perjanjian 'Lombok Treaty', karena menitikberatkan pada kerja sama di bidang pertahanan, keamanan, kontra terorisme, maritime security, dan intelijen. Sementara dalam bidang-bidang perjanjian itu, Australia lebih banyak diuntungkan secara strategis dan politik.

Menurut Jaleswari, penyadapan itu bisa dipandang dari tiga hal; yaitu hukum, psikologis dan politik. Secara hukum ada konvensi Wina terkait etika antar negara, dalam politik ada etikanya dalam hal spionase, intelijen, mata-mata dan sebagainya.

"Penyadapan memang biasa, sebagai usaha untuk mengumpulkan informasi strategis dan tergantung bagaimana negara bekerja dalam operasi hitam itu. Tapi, kan ada etika, hukum internasional, dan hubungan politik antar negara,” ujarnya.

Jaleswari  mengatakan, kalau tak ingin penyadapan tak beretika itu terulang lagi, maka Presiden SBY harus tegas terhadap Australia, Amerika, Malaysia, Singapura dan negara lainnya.

"Bahwa menjaga hubungan baik itu tak harus bersikap lemah, tetapi tetap harus tegas. Apalagi 2 kapal selam Rusia yang dibeli Indonesia itu merupakan kapal tercanggih, dan juga tank Leopard Jerman, yang dikhawatirkan oleh negara-negara tetangga itu,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini