Laporan wartawan tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Slamet (63) tidak menyangka dirinya akan menjadi korban KRL maut yang terlibat kecelakaan dengan truk tangki pertamina di pintu perlintasan kereta api Pondok Betung, Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (9/12/2013).
Ditemui wartawan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), meskipun tulang kaki kanannya patah, tetapi ia masih bisa bercerita bagaimana ia selamat dari kecelakaan maut tersebut. Ia melompat dari jendela kereta setinggi kurang lebih empat meter.
Ia naik KRL dari stasiun Pondok Ranji di gerbong empat untuk pulang ke rumahnya di Tebet, Jakarta Selatan. Ia sebelumnya sempay menengok anaknya yang bekerja di Bintaro.
"Anak saya bekerja Pembantu Rumah Tangga di Jalan Camar, Bintaro. Saya baru nengok lagi dia dari sejak lebaran tahun lalu," kata Slamet.
Sebelum terjadi kecelakaan nahas tersebut, Slamet sempat mendapatkan firasat, ia bolak-balik terus ke kamar mandi karena perutnya merasa mules. Tetapi saat berada di kamar mandi dirinya tidak bisa mengeluarkan hajatnya. "Saya dari semalam kerap ingin buang-buang air besar terus dan susah tidur, eh nggak tahunya terjadi seperti ini," ujarnya.
Sebuah kecelakaan maut terjadi di perlintasan pintu kereta api Bintaro, Tangerang Selatan antara truk pengangkut bahan bakar minyak dengan Kereta Rangkaian Listrik (KRL) Commuter Line tujuan Tanah Abang.
Akibatnya tanki truk BBM meledak dan mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Kejadian naas tersebut terjadi sekitar pukul 11.15 WIB, Senin (9/12/2013) dimana truk tanki yang dikendarai Chosimin yang melintas di pintu Kereta Api Pesanggarahan dihantam KRL yang sedang melaju kencang. Akibat benturan yang dahsyat tersebut, tangki yang mengangkut 24 ribu liter solar tersebut meledak dan mengakibatkan kebakaran hebat.