Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian mendukung rencana pembangunan jalan layang (flyover) dan terowongan (underpass) untuk perlintasan kereta api.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan rencana pembuatan underpass atau fly over untuk perlintasan kereta api merupakan solusi terbaik untuk memisahkan konflik arus kendaraan bermotor dan kereta api.
"Memang itu solusi terbaik untuk memisahkan konflik arus kendaraan bermotor," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2013).
Dikatakannya pembangunan flyover maupun underpass merupakan domainnya pemerintah daerah, bila rencana tersebut direalisasikan pihak kepolisian pun senang.
"Bila dibuat seperti itu, maka titik perlintasan tidak akan ketemu arus kendaraan bermotor, sehingga potensi kecelakaan tidak ada, kita mendukung rencana tersebut dan berharap bisa direalisasikan," katanya.
Kasus kecelakaan antara kereta api dan kendaraan bermotor di perlintasan-perlintasan kereta api memang kerap terjadi terutama di wilayah DKI Jakarta mengingat arus lalu lintas kendaraan bermotor yang begitu padat.
Tragedi Bintaro II di perlintasan kereta api Pondok Betung, Pesanggrahan, Jakarta Selatan menjadi sebuah pelajaran dan evaluasi bagi dunia transportasi Indonesia supaya tidak ada lagi kejadian serupa.
Kecelakaan maut terjadi antara Kereta Rangkaian Listrik (KRL) Comuter Line tujuan Tanah Abang dengan truk tangki yang mengangkut 24 ribu liter solar molik pertamina di pintu perlintasan kereta api Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013) sekitar pukul 11.15 WIB.
Truk tangki yang dikendarai Chosimin terlambat melintasi rel kereta api, sampai akhirnya KRL menabrak bagian belakang tangki yang masih berada di rel kereta. Akibat tabrakan tersebut terjadi ledakan yang mengakibat korban jiwa dan luka. Saat ini sejumlah korban yang mengalami luka berat.