TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan alasan menulis buku berjudul 'Selalu Ada Pilihan'.
SBY mengisahkan pembuatan buku setebal 824 halaman tersebut tak lepas dari pengalaman awal tahun 2009 lalu, saat berbincang ringan dengan teman-temannya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Saat itu, teman-teman melihat SBY menulis buku, agar rakyat Indonesia mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dan apa saja yang dipikirkan Presiden dan lakukan untuk masyarakat.
"Itu awal tahun 2009. Mereka katakan agar rakyat kita tahu. Kata teman-teman, sebagian besar rakyat tidak tahu apa kebijakan dan yang dilakukan oleh pemerintah serta pemimpinnya," di awal sambutannya, saat meluncurkan bukunya yang berjudul 'Selalu Ada Pilihan"'di Jakarta Convention Center, Jumat (17/1/2014) malam.
Namun, setelah melewati debat, saat itu SBY tetap tidak setuju dengan usulan tersebut.
"Mereka mengatakan, saya salah dan bisa merugi, karena begitu banyak kritik, cemooh dan hujan dari berbagai kalangan. Lantas saya biarkan tanpa saya memberikan hak jawab yang saya miliki," kata SBY.
Bahkan, kata SBY, teman-temannya mengatakan, kalau dirinya berminat untuk maju kembali sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2009 lalu, dirinya bisa kalah.
"Itu bacaan mereka. Meskipun saya punya bacaan sendiri, bacaan yang berbeda," ujar SBY.
Lebih lanjut SBY jelaskan, tiga setengah tahun kemudian, dari awal 2009 artinya akhir 2012 lalu, dirinya mengingat kembali yang disampaikan teman-temannya tadi. Bahwa sebaiknya SBY bisa menyampaikan sesuatu kepada rakyat Indonesia melalui buku.
Sejak itu, menurut SBY, dirinya memutuskan untuk mulai mempersiapkan buku yang kini diberi judul 'Selalu Ada Pilihan'.
"Tentu dengan mengorbankan waktu senggang saya yang juga amat terbatas," tuturnya.
Lebih lanjut SBY juga menjelaskan kepada siapa buku setebal 824 halaman ini didedikasikan. Dedikasi khusus ditujukan Presiden kepada para pencinta demokrasi dan para pemimpin Indonesia mendatang.
"Secara khusus buku ini sungguh saya presentasikan, saya persembahkan kepada para pencinta demokrasi dan para pemimpin Indonesia mendatang," ujar SBY dalam sambutannya.
Lebih lanjut untuk para sahabat pecinta demokrasi, SBY katakan, dirinya lebih banyak bertutur dan berbagi cerita tentang keadaan negara Indonesia dewasa ini, tentang demokrasi Indonesia saat ini. Baik itu berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan maupun yang menyangkut permasalahan yang dihadapi.
"Semua itu saya tulis dalam kapasitas saya sebagai seorang pelaku sejarah, serta pelaku politik dan demokrasi. Bukan pandangan seorang ahli politik dan ahli demokrasi," ujarnya.
Sementara pada bagian lain, disampaikan SBY untuk para anak bangsa yang bercita-cita menjadi pemimpin di negeri ini. Termasuk menjadi seorang Presiden.
"Saya senang, saya bersyukur kepada Allah, banyak putera-puteri bangsa yang ingin menjadi pemimpin. Termasuk ingin menjadi Presiden. Bayangkan kalau tidak ada yang mau, tidak ada yang bersedia," ucapnya.