TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) cukup gamblang dan blak-blakan menyampaikan suka dukanya sejak menjabat Presiden selama kurun waktu kurang lebih 9 tahun lamanya. Dalam buku yang dituliskan sendiri berjudul "Selalu Ada Pilihan" SBY mengemukakan banyak hal yang tidak banyak diketahui publik. Diantaranya soal kasus Century yang nyaris setiap tahun selalu menjadi topik politik yang panas.
Buku terbaru SBY ini diluncurkan di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Selatan, Jumat (17/1/2014), malam dan dihadiri sekitar seribu orang dari berbagai kalangan.
Mengenai kasus Century, SBY mengatakan ada tokoh politik yang sudah menyodorkan diri jadi Wakil Presiden (Wapres) untuk menggantikan Boediono yang terus digoyang dalam kasus Century. SBY tidak menyebut siapa orang dimaksud namun orang itu adalah temannya dan sangat gigih menyerangnya dengan "Kampanye Anti-SBY" selama ini.
SBY cukup banyak menceritakan mengenai sosok orang dimaksud dibukunya. Menurut SBY hingga buku ini diterbitkan orang ini masih gigih dan konsisten terus mendiskreditkan dirinya di media massa. 'Sebenarnya dia sahabat saya. Ia pernah menjadi menteri di era sebelum kepresidenan saya," kata SBY.
SBY menyebut tokoh ini unik. Kenapa? "Setelah saya terpilih jadi Presiden di tahun 2004 ia pernah saya ajak untuk menjadi menteri. Tetapi ketika saya meminta Wapres Jusuf Kalla menghubungi yang bersangkutan katanya tidak bersedia. Setelah kabinet saya lantik yang bersangkutan katanya bersedia. Dan setelah kabinet saya lantik dia datang dan mengatakan seandainya yang menelepon saya langsung maka ia bersedia jadi menteri," kata SBY.
Setelah itu, SBY mengatakan orang itu kemudian meminta sebuah posisi di BUMN. Permintaan itu dikabulkan SBY karena yang bersangkutan memang punya kemampuan untuk itu. Tak lama kemudian, SBY mengatakan orang tersebut keluar dari jabatannya di BUMN dan meminta jabatan menteri kepadanya. "Tentu tidak segampang itu saya melakukan reshuffke kabinet," kata dia.
Belakangan, kata SBY, orang tersebut menyampaikan pesan lewat seorang anggota kabinet agar dia mengangkatnya jadi gubernur BI.
SBY menulis cerita itu di halaman 147 bukunya dengan sebuah perumpamaan judul lagi manis "Jangan Ada Dusta Diantara Kita". Judul lagu yang pernah dipopulerkan duet dari mendiang Broery Pesolima dan Dewi Yull.
Kisah soal orang lain yang ingin mengganti Boediono jadi Wapres juga diceritakan SBY. Orang ini bukan tokoh yang disebutkan diatas. Ceritanya begini. Ada seorang pimpinan partai politik yang juga mantan menteri di pemerintahan yang dia pimpin menanyakan kepada SBY.
"Pak SBY, apa benar Bapak sudah setuju dan meminta dia (orang dimaksud) untuk menjadi Wakil Presiden menggantikan Pak Boediono?" tanya sahabat SBY itu.
"Apa? Siapa?" respon SBY.
"Ya, dia mengatakan sudah bertemu Bapak dan katanya Pak SBY sudah setuju. Dia minta dukungan partai yang saya pimpin," katanya lanjut.
SBY mengaku menggelengkan kepala mendengarnya. "Bagaimana mungkin saya berkata begitu. Dimana logikanya? Ada apa pula dengan Pak Boediono? Luar biasa," kata SBY.
SBY menutup tulisannya dengan mengatakan pembaca buku ini tidak akan pernah tahu siapa gerangan sahabatnya yang unik yang adalah pimpinan parpol itu. Dan SBY pikir tidak perlu pula rakyat mengetahuinya.
"Biarlah itu jadi kenangan indah," kata SBY sambil menambahkan. "Saya ini hidup bersama lagu Jangan Ada Dusta Diantara Kita". Dan sebagai sahabat SBY mendoakan yang terbaik untuk orang itu.