TRIBUNNEWS.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, pemerintah tak hanya melihat tanda-tanda meletusnya Gunung Kelud dari data-data ilmiah tetapi juga dari fenomena alam. Menurut Jero, fenomena alam memberikan peringatan waktu meletusnya Kelud semakin dekat.
"Kemarin sore, ada tanda-tanda alam di Jawa Timur. Alam memberikan sinyal, di samping data ilmiah yang kita monitor. Ada harimau, ular, dan kera yang turun dari Gunung Kelud. Alam memberi tanda bahwa sebentar lagi Kelud meletus," ucap Jero, seusai rapat terbatas dengan Presiden di Kantor Kepresidenan, Jumat (14/2/2014).
Selain fenomena itu, lanjut Jero, gempa tremor juga semakin sering terjadi. Pemerintah daerah bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun meresponsnya dengan melakukan koordinasi intensif.
Seperti diketahui, status Gunung Kelud akhirnya meletus pada pukul 22.50 atau berselang 1 jam 35 menit setelah status gunung itu ditingkatkan menjadi awas. Sebelum memulai rapat terbatas tentang situasi terakhir Gunung Kelud pagi ini, Presiden juga bersyukur tidak ada korban jiwa dalam letusan Gunung Kelud kali ini. Menurutnya, masyarakat di sekitar Gunung Kelud patuh dengan apa yang disarankan pemerintah sehingga tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
"Ini pelajaran yang dapat kita petik, kalau saudara-saudara kita, masyarakat lokal, sungguh mematuhi apa yang disampaikan pemerintah, maka sesungguhnya kita bisa mnencegah jatuhnya korban jiwa yang tidak perlu," ujarnya.
Presiden juga telah memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif dan Gubenur Jawa Timur Soekarwo untuk melakukan kegiatan tanggap darurat di lokasi.
"Saya juga sudah memberikan instruksi kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk segera dan ditingkatkan intensitas bantuannya," kata Presiden.
Seperti diberitakan, Gunung Kelud erupsi pada pukul 22.50 WIB. Letusan gunung ini mencapai ketinggian 17 kilometer. Hingga kini, dampak abu vulkanik dari letusan gunung Kelud dirasakan hingga Purwokerto, Cilacap, dan Bondowoso. Penerbangan menuju Yogyakarta, Solo, dan Surabaya hingga kini terpaksa dihentikan akibat pendeknya jarak pandang. (Sabrina Asril/Inggried Dwi Wedhaswary)