Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD meragukan penyadapan yang dialami gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Penyadapan kata Mahfud biasa di dalam ilmu intelijen, bahkan bisa diciptakan sehingga terkesan Jokowi dimata-matai.
"Saya tidak tahu apakah penyadapan Jokowi benar atau tidak," kata Mahfud MD Senin(24/2/2014).
Menurut Mahfud, apa yang dialami Jokowi tidak ada pengaruhnya dalam konstelasi politik di Indonesia.
"Tidak apa-apalah kalau demikian. Tidak ada unsur pidana. Kalau pun mau dipidanakan ya orang yang masuk tak dikenal itu yang menyadap itu yang dikenai pidana. Jadi hal ini sama sekali tak ada pengaruh di dalam konstelasi politik mengenai penyadapan tersebut,"ujarnya.
"Biarkan saja orang yang mau menyadap.Kan kita benar kenapa mesti takut. Kecuali kalau kita bersalah ya pasti ketakutan yang disadap,"tambahnya.
Tidak hanya itu, Mahfud bahkan menawarkan diri agar dirinya juga ikut disadap.
"Saya bahkan menawarkan diri, ini catat semua sadap saya, sadap nomor telepon saya, saya berikan deh kalau mau. Kenapa kok takut disadap? Kecuali kita lakukan hal yang buruk, ya pasti ketakutan disadap,"ujarnya.
Mantan menteri pertahanan ini juga mengatakan bahwa ada teman anggota DPR yang menawarkan supaya memakai handphonenya yang akan diberikan kepada saya agar tak mudah disadap.
"Ya saya terima kasih atas penawaran itu tetapi saya tolak karena saya memang tak ada yang mesti diumpet-umpeti semua wajar saja, tak melakukan hal buruk yang saya lakukan, jadi ya saya enggak takut kok kalau disadap,"ujarnya.