TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pramono Edhie Wibowo, peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, menyatakan dukungannya terhadap wacana pengabadian nama John Lie di salah satu KRI multi role light frigate (MRLF).
John Lie yang bernama lengkap John Lie Tjeng Tjoan, dan kemudian berganti nama menjadi Jahja Daniel Dharma, adalah Laksamana Angkatan Laut, warga negara keturunan Tionghoa yang mendapat gelar pahlawan nasional serta Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 November 2009.
Dalam kesempatan setelah selesai melakukan pendidikan politik dalam acara temu kader di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Edhie menyatakan setuju untuk mengabadikan nama John Lie sebagai salah satu nama KRI MRLF.
"Seluruh warga negara Indonesia yang memberikan dharma bakti kepada bangsa dan negaranya layak diabadikan dalam penamaan KRI," tegas Edhie.
Edhie melanjutkan bahwa latar belakang suku dan agama bukan alasan dalam menilai kepahlawananan seseorang.
"John Lie adalah contoh bagaimana seseorang yang bahkan dari keluarga kaya minoritas memutuskan untuk bergabung dengan Angkatan Laut untuk menumpas kelompok separatis Maluku demi mempertahankan eksistensi Republik.
"Nama beliau sangat pantas diabadikan sebagai salah satu nama KRI," jelas Edhie.
Pria yang dijuluki the black speed boat ini pensiun pada tahun 1967 sebagai Laksamana Angkatan Laut berbintang dua.
"Penamaan John Lie sebagai nama salah satu KRI saya harap dapat memberikan contoh dan motivasi kepada seluruh warga Indonesia akan kecintaan dan pengorbaan sesorang demi mempertahankan kesatuan bangsa dan negara," kata Edhie.
Tiga unit MRLF yang baru dibeli Angkatan Laut rencananya masing-masing akan dinamakan KRI Bung Tomo, KRI Usman Harun, dan KRI John Lie.