Laporan Wartawan Tribunnews.com Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan tokoh Katolik DR Franz Magnis Suseno SJ, menegaskan Indonesia memiliki persoalan intoleransi antarumat beragama.
Persoalan itu, kata dia, dibuktikan dengan adanya konflik yang tak jarang berakhir dengan kerusuhan karena dipicu sikap intoleransi antarumat beragama.
Ia membeberkan persoalan tersebut, dalam diskusi "Mengarahkan Haluan Politik Indonesia Pasca-Reformasi" di kantor Maarif Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2014).
"Rata-rata umat beragama yang menguasai suatu wilayah, akan menolak didirikannya tempat ibadat agama lain," kata Romo Magnis.
Ia menyebut, kasus gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Ciketing, Bekasi, Jawa Barat, pada 2010 lalu, merupakan bukti adanya sikap intoleransi tersebut.
Romo Magnis juga menyebut kasus penyerangan kelompok Islam Syiah di pulau Madura, sebagai contoh terbaik dari sikap intoleran.
"Negara betul-betul tidak melindungi, ini bahaya sekali," tuturnya.
Ia juga menyinggung soal kaum fundamentalis. Romo Magnis mengatakan, sebagian besar anggota teroris diketahui memulai karir sebagai seorang fundamentalis.
Seharusnya, sambung Romo Magnis, setiap orang beragama bisa memelajari kitab sucinya masing-masing guna menumbuh kembangkan sikap toleran.
Selain itu, Ia juga berharap negara bisa hadir di tengah perselisihan itu.
"Negara harus hadir untuk meredam konflik, agar tidak semakin berkepanjangan. Semoga presiden yang baru bisa melakukan hal tersebut," tuturnya.