TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur Banten, Rano Karno, mengaku kesulitan melakukan reformasi birokrasi di tubuh Pemerintah Provinsi Banten. Rano mengaku masih terganjal status sebagai Wakil Gubernur Banten.
Rano dalam pemaparannya di diskusi Rembuk Nasional bertajuk “Demi Bangsa, Demi Negara”, di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (26/3/2014), mengatakan Pemerintah Provinsi Banten butuh reformasi birokrasi.
"Sampai hari ini saya belum punya wewenang apa-apa untuk reformasi Banten, sampai hari ini saya masih wakil Gubernur," katanya.
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, kini masih mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, Jakarta Timur, karena dugaan suap pilkada kabupaten Lebak, pengadaan alat kesehatan di Banten dan Gratifikasi. Namun demikian menurut Menteri Dalam Negri Gamawan Fauzi, Atut baru bisa dicopot jika kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap. Hingga kini Rano pun terpaksa memimpin banten dengan jabatan Wakil Gubernur.
Rano menyadari kasus Atut merupakan salah satu pertanda bahwa pemprov Banten harus membenahi diri. Ia pun sudah sering mendengung-dengungkan wacana reformasi birokrasi ke seluruh bawahannya.
"Seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Banten sudah siap untuk reformasi birokrasi," ujarnya.
Rano menyebutkan di tubuh pegawai negeri sipil, sudah tersedia berbagai peraturan dan petunjuk mengenai pelaksanaan sebuah pekerjaan. Namun hal itu tidak cukup untuk membuat pegawai di pemerintah provinsi untuk bekerja secara profesional.
"Kalau rapat jam sembilan tapi baru muncul jam dua belas itu biasa, kalau saya setengah jam rapat, saya itu datang tepat waktu, setengahjam saya rapat ya saya tinggalkan," terangnya.
Rano yang sudah sedari kecil terjun ke dunia film, mengaku belajar banyak mengenai profesionalisme. Kata dia di film jika dijadwalkan pengambilan gambar jam 07.00 WIB, maka aktor harus tiba dua jam sebelumnya, antara lain untuk make up dan latihan sekenario dengan pemeran lainnya.
"Dulu bapak saya selalu memarahi saya kalau datang telat, dia bilang lebih baik junior menunggu senior dari pada senior menunggu junior," tuturnya.
Rano berpendapat jika profesionalisme nya yang sudah ia terapkan sejak puluhan tahun lalu itu bisa digabungkan dengan birokrasi, maka hasilnya luar biasa. Sayangnya Rano belum bisa melakukan hal itu.