News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kronologi Baku Tembak TNI dengan Kelompok Radikal Bersenjata di Papua

Penulis: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontak senjata terjadi antara anggota TNI dengan kelompok radikal senjata di Papua. Dalam peristiwa tersebut satu anggota kelompok radikal bersenjata tewas diterjang peluru petugas.

Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Andika Perkasa mengatakan awalnya berdasarkan pengolahan intelijen yang dilakukan Kodam 17 Cendrawasih sejak 1 minggu terakhir, diperoleh intelijen tentang rencana gerakan kelompok radikal bersenjata di wilayah Kabupaten Puncak.

"Kodam 17 Cendrawasih menindak lanjuti intelijen ini dengan menugaskan 1 tim Patroli (7 orang yang dipimpin Kapten Suchori) dari Satgas Pengamanan Daerah Rawan, Batalyon 751 Raider," ujar Andika dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Rabu (9/4/2014).

Kemudian pukul 08.05 WIT, tim dari Batalyon 751 Raider terlibat kontak senjata dengan kelompok radikal bersenjata di Puncak Senyum, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya.

Menurut Jenderal TNI bintang satu ini, kelompok radikal bersenjata yang terlibat kontak senjata tersebut memiliki kekuatan tujuh orang dengan satu pucuk senjata laras panjang jenis SS-1 V-5, panah, parang, dan tombak.

Akibat baku tembak tersebut satu orang tewas atas nama Waniyo Enumbi asal Kelompok Philia yang dipimpin Rambo atau Engkaranggo Wonda. Waniyo merupakan orang yang memegang senjata laras panjang jenis SS-1 V-5 yang sudah ikut diamankan petugas.

"Enam orang lainnya melarikan diri ke jurang di sekitar tempat kejadian, namun dipastikan beberapa diantara mereka luka-luka," ujarnya.

Sementara dari tim Batalyon 751 Raider yang melakukan patroli tidak ada korban. Pengejaran masih terhadap para pelaku mesih dilakukan. "Pengejaran masih dilakukan sampai dengan saat ini," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini