TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jadwal Ujian SD di DKI Jakarta terancam molor. Pasalnya, hingga kini, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta tak kunjung menggelar lelang pencetakan naskah ujian. Karut marut ini memantik perhatian beragam pihak. Salah satunya pengamat pendidikan, Romo Baskoro.
"Saya heran dengan Disdik DKI Jakarta mengapa soal pencetakan naskah Ujian Sekolah Berstandar Daerah (USBD) saja bisa jadi kacau balau begini. Saya jadi bisa melihat dengan terang benderang bahwa ternyata betapa lemahnya koordinasi antara Disdik DKI Jakarta dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)," ujar Romo kepada Warta Kota, Rabu (16/4/2014).
Menurut Romo, Disdik DKI harus bertanggung jawab atas kekisruhan ini. Kejadian seperti ini, kata Romo, penyebab utamanya terletak pada perpindahan anggaran. Tadinya ujian SD memakai APBN, dan sekarang menggunakan APBD. Kalau saja koordinasinya bisa berlangsung dengan baik, imbuh Romo, semestinya peristiwa ini tak perlu terjadi.
"Saya heran karena di era telekomunikasi yang maju seperi ini, masih terjadi miskoordinasi. Apalagi ini peristiwa rutin, yaitu ujian yang penyelenggaraannya tiap tahun," terang Romo.
Tapi persoalan buruk ini muncul, kemungkinan karena di lingkungan Disdik DKI Jakarta tengah dirundung masalah. Salah satunya penggantian Kepala Disdik DKI yang terkesan mendadak. Menurut Romo, hal itu turut membuat segala sesuatu yang sudah dipersiapkan menjadi kacau balau.
"Hanya saja, saya kasihan para siswa SD yang akan mengikuti ujian. Dengan adanya keteledoran Disdik DKI ini tentu saja sangat merugikan para siswa SD yang akan mengikuti ujian," tutur Romo.
Romo mengatakan, sifat anak SD itu berbeda dengan orang dewasa. Alhasil, secara psikologis, karut marut ini akan menganggu jiwa anak-anak. Mental mereka belum benar-benar baik. Sebab, anak SD ini biasa hidup terjadwal dan agak sulit menerima perubahan.
Lebih jauh, Romo memandang molornya jadwal ujian merupakan peristiwa besar dan sulit dihadapi siswa SD. Kalau anak SMA atau anak kuliahan mungkin santai saja menghadapi pemunduran jadwal. Tapi bagi anak SD, akan sulit menata emosi. Apalagi melihat siswa SD di daerah lain yang sudah selesai mengikuti USBD.
Menurut Romo, para siswa SD itu butuh kepastian. Sedikit saja ada perubahan mereka terganggu, mentalnya juga terganggu. "Kasihan kan anak-anak kalau sudah begini," ungkapnya.
Sekarang hanya satu yang mesti dilakukan Disdik DKI, yakni keputusan selanjutnya jangan lagi merugikan siswa-siswi SD. Sementara pihak terkait harus melakukan evaluasi, mengapa hal ini terjadi dan bagaimana agar tidak terulang di kemudian hari.(Warta Kota Cetak)