TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan bahwa lingkungan di Jakarta International School (JIS) sangat bebas. Laporan tersebut menggambarkan bahwa relasi antara guru dan murid serta murid laki-laki serta perempuan sangat bebas.
"Misalnya ciuman di area publik," ujar Ketua KPAI Asrorum Niam Sholeh kepada Tribunnews.com, Rabu(23/4/2014).
Tidak hanya itu, KPAI kata Asrorum juga mendapatkan testimoni dari seorang sumber bahwa memang ada beberapa tenaga pengajar atau guru di Jakarta International School (JIS) yang gay.
"Testimoni dari sumber menegaskan ada guru JIS yang gay," kata Asrorum.
Jakarta International School (JIS) belakangan terus mendapatkan sorotan publik. Salah satunya karena kasus sodomi bocah berusia 5 tahun.
Perkembangan kasus terus berkembang di JIS, seorang guru berkewarganegaraan AS bernama William James Vahey pernah mengajar di JIS.
James Vahey berdasarkan situs www.FBI.gov diketahui adalah seorang buronan FBI untuk kasus pedofilia. Ia diketahui sudah melanglang buana mengajar di banyak negara seperti Nikaragua, Inggris, Venezuela, Iran, Saudi Arabia, Yunani, Lebanon dan Spanyol termasuk di Jakarta International School pada medio 1992-2002.
James Vahey pernah dipenjara di California pada tahun 1969 untuk kasus penganiayaan anak. Namun James dikabarkan melakukan bunuh diri pada Maret 2014 setelah majikannya melihat komputer miliknya yang berisi gambar-gambar porno dari anak laki-laki.
Vahey melancarkan aksinya sebagai seorang pedofil dengan cara membuat korbannya yang berumur sekitar 12 hingga 14 tahun tertidur atau tak sadarkan diri. Dari data yang didapat FBI melalui USB milik Vahey, ada 90 orang korban yang saat ini identitasnya masih terus dicari.