Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seto Mulyadi pemerhati anak mengunjungi Mapolres Jakarta Timur untuk memantau langsung kasus dugaan penganiayaan Renggo Kadapi (11), oleh kakak kelasnya sendiri Sy.
Dirinya menyebutkan, hari Jumat 9 Mei 2014 besok akan mengunjungi Sy di rumahnya untuk mendalami latar belakang psikologi siswa kelas VI SDN 09 Makasar Jakarta Timur tersebut.
Menurutnya perkembangan anak seusia Sy pasti ada pengaruh dari luar. Pertimbangan prilaku atas model dengan pendekatan secara langsung yang akan dilihat.
"Seperti apakah ada pengaruh tayangan televisi dan internet. Atau pengaruh buruk lingkungan rumah dan sekolah. Mungkin ada tekanan berat dan kekerasan keluarga. Misalnya kurikulum padat, guru galak, atau bully," kata Seto di Mapolres Jakarta Timur, Rabu (7/5/2014).
Dikatakan Seto, hal tersebut memicu frustasi anak dan tindakan yang diluar perkiraan. Jika tidak dicegah secara dini dikhawatirkan bisa berdampak buruk.
Dia juga mengingatkan anak yang belum berusia 12 tahun belum bisa diminta pertanggung jawabkan. UU peradilan anak menyebutkan belum bisa dipidana. Untuk itu dapat dilakukan langkah edukatif, rehabilitasi dan mediasi. Untuk itu upaya yang dilakukan KPAI dan psikolog.
"Model rehaboilitasi pendampingan psikolog dengan banyak model. Nanti disesuaikan. Sehingga anak bisa berkembang lebih baik," katanya.
Diketahui, tewasnya Renggo Khadafi (11) bocah kelas V SDN 09 Pagi Makasar, Jakarta Timur yang diduga menjadi korban penganiayaan kakak kelasnya, Sy (12). Untuk mengotopsi jenasah korban, pihak kepolisian bersama petugas Dinas Pemakaman dan Pertamanan DKI Jakarta menggali makam Renggo di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cipinang Asem, Makasar Jakarta Timur, Minggu (4/5/2014) malam.
Penganiayaan berujung kematian itu bermula pada Senin (28/4/2014) lalu, saat korban yang bertubuh tambun tanpa sengaja menyenggol tubuh Sy.
Senggolan tersebut membuat eskrim yang dipegang dan sedang diminum Sy terjatuh.
Meski Renggo sudah meminta maaf dan mengganti dengan uang minuman seharga Rp 1.000 itu, Sy yang sudah tersulut emosi justru memukul perut, wajah dan bokong korban. Peristiwa ini diketahui oleh dua rekan Sy yang berjaga di luar kelas untuk mengawasi situasi.
Mulanya, Renggo tak menceritakan penganiayaan yang dialaminya kepada keluarga. Namun, kesehatan yang terus menurun membuat Renggo akhirnya mengakui telah dianiaya Sy.
Pada Sabtu (3/5/2014) malam sekitar pukul 23.00 WIB, Renggo dirujuk ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati setelah kejang-kejang hingga muntah darah. Nyawa korban tak tertolong, dan dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (4/5/2014) dinihari sekitar pukul 01.00 WIB.