Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hari Burung Migrasi Sedunia (World Migratory Bird Day) tahun ini dirayakan lebih dari 85 negara pada 10-11 Mei 2014. Kegiatan berfokus pada peran pariwisata yang berkelanjutan dan dapat membantu melindungi salah satu keajaiban alam, yaitu pergerakan migrasi burung.
Tema WMBD 2014 adalah “Destination Flyways – Migratory Birds and Tourism” dengan fokus sembilan jalur terbang burung yang digunakan burung saat bermigrasi. Indonesia termasuk di dalam jalur terbang bagian timur Asia/Australasia. Jalur terbang ini mencakup daerah berbiak di Siberia, China dan Alaska, memanjang ke selatan melewati daerah persinggahan di Asia Tenggara, PNG, Australasia, Selandia Baru dan Kepulauan Pasifik.
“Di Indonesia, ekowisata burung sudah mulai berkembang dan dilakukan oleh pengamat burung yang ada di Indonesia. Beberapa kelompok pengamat burung sudah menjadi pemandu untuk turis-turis yang sedang berada di Indonesia. Dengan mengikuti kegiatan dunia, ini menjadi daya tarik turis untuk datang ke Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata,” jelas Fransisca Noni dari Burung Nusantara dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Rabu (14/5/2014).
World Migratory Bird Day 2014 di Indonesia, diikuti lebih dari 200 orang dari 14 daerah, antara lain di Pulau Sumatera, yaitu Ogan Ilir, Sumatera Selatan dari Himpunan Mahasiswa Biologi dan Universitas Sriwijaya Wildlife Photography; Padang, Sumatera Barat dari Museum Zoology Universitas Andalas.
Di Pulau Jawa, yaitu Bird Watcher Club of Jakarta-Bogor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor, Universitas Pakuan, dan Universitas Pamulang; Bekasi; Bandung, Jawa Barat dari BICONS (Bird Conservation Society) serta BWP (Be Wildlife Photography); Malang dari Serikat Birdwatcher Ngalam; Surabaya dari Peksia Universitas Airlangga, dan KSBL Pecuk dari Institut Teknologi 10 Nopember; Banyumas, Jawa Tengah dari Biodiversity Society; Yogyakarta, Jawa Tengah dari Burung Jogja; Semarang, Jawa Tengah dari Pelatik BSC, Universitas Negeri Semarang.
Untuk Pulau Kalimantan, yaitu Ketapang, Kalimantan Barat dari Ketapang Biodiversity Keeping (KBK)/Birding Society of Ketapang (BSYOK). Sedangkan Pulau Bali dari Minpro Satwa Liar Rothschildi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana KPB Kokokan Bali, Himabio. Terakhir Nusa Tenggara Timur, yaitu dari Kupang Birdwatcher Society.
“Kegiatan ini sangat bagus dilakukan karena tidak banyak orang yang mengetahui tentang adanya burung yang bermigrasi dari satu kawasan ke kawasan lain. Dengan adanya kegiatan ini semakin banyak orang peduli aka keberadaan satwa liar untuk keseimbangan ekosistem hayati. Pada saat kegiatan, kita masih bisa melihat individu muda, seperti Jenis seperti Trinil pembalik-batu, Gajahan, Gajahan besar, Biru-laut ekor-blorok,” kata Deni Hatief peserta WMBD dari Bali.
Kegiatan WMBD terdiri dari pengamatan burung, pameran foto, lokakarya, kampanye, pendidikan lingkungan, kompetisi fotografi dan lomba poster. Bersama dengan masyarakat lokal, pengunjung dan staf pemerintah lokal memperkenalkan bagaimana melindungi burung dan habitatnya di alam liar.
“Acara WMBD di Palembang sukses! Kegiatan ini sangat bagus untuk mahasiswa baru agar menambah wawasan dan kecintaan terhadap burung terutama burung migran dan semakin mengembangkan potensi pengamatan burung di dalam dan di luar kampus,” kata Doni Setiawan peserta WMBD dari Sumatera Selatan.
Pengamat Burung di Indonesia Mulai Jadi Pemandu Turis
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Fajar Anjungroso
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger