TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Raeni, putri tukang becak yang menjadi wisudawan terbaik di Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96 kini menjadi perhatian publik. Raeni juga mendapatkan beasiswa S2 ke Inggris.
Bahkan Presiden SBY sempat bertemu dengannya di Jakarta, Jumat (13/6/2014), hari ini.
Sebelumnya Mugiyono, ayahanda Raeni, menceritakan ihwal anaknya bisa kuliah dan berprestasi di perguruan tinggi.
Dia membenarkan kebulatan tekad dan semangat besar dari putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru yang memang menjadi cita-citanya sejak dulu.
"Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Dari uang pesangon yang didapatnya itu, kata dia, di antaranya digunakan untuk membeli laptop seharga Rp 5,6 juta bagi Raeni karena menyadari perangkat itu sangat dibutuhkan untuk perkuliahan.
"Selepas pensiun dari perusahaan kayu lapis, saya mbecak. Hasilnya, ya, tidak tentu, sehari Rp10 ribu. Namun, saya juga nyambi jadi penjaga malam sekolah dengan bayaran Rp450 ribu/bulan," katanya.
Warga RT 01 RW 02, Langenharjo, Kendal itu, mengaku selama ini dirinya yang menjadi tulang punggung keluarga karena istrinya memang tidak bekerja. Adapun, kakak Raeni sudah menikah.
Untungnya, kata Mugiyono, Raeni mendapatkan beasiswa Bidik Misi sehingga keluarga tidak mengeluarkan banyak biaya, tinggal mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti indekos dan makan.
Bidik Misi adalah beasiswa yang dikucurkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Dengan beasiswa itu, penerimanya bebas dari segala biaya kuliah selama empat tahun atau delapan semester, bahkan memperoleh biaya hidup Rp 500 ribu per bulan. Beasiswa ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, namun berprestasi tinggi.
Apakah Raeni berprestasi? Tentu saja. Semester pertama dituntaskan oleh lulusan SMK 1 Kendal ini dengan indeks prestasi 4,00. Sebuah prestasi akademik yang tidak hanya membanggakan, tetapi sempurna. Semester berikutnya memang turun, yakni “hanya” 3,96. Dengan begitu, untuk sementara indeks prestasi kumulatif (IPK)-nya 3,98. Nyaris sempurna!
Sementara itu, Rektor Unnes Prof. Fathur Rokhman mengatakan bahwa apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
"Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni," katanya.
Pada kesempatan itu, Unnes mewisuda sebanyak 1.053 lulusan, terdiri atas sebanyak enam orang lulusan program doktor, 73 orang lulusan magister, 955 lulusan sarjana, dan 19 lulusan diploma tiga.