Tanpa dikoordinir, tanpa dibayar, tanpa pamrih, mereka mendukung Jokowi-JK dengan tulus.
Jakarta - Kecintaan masyarakat terhadap Joko Widodo (Jokowi) tak lagi terbendung. Masyarakat dengan sukarela mendukung calon presiden Jokowi. Dukungan rakyat tersebut kemudian diberi nama koalisi rakyat.
Bukti koalisi rakyat tercermin saat Jokowi-JK menggelar jalan sehat dan pengumpulan massa di Monas, Minggu 22 Juni 2014. Ratusan ribu pendukung Jokowi-JK memadati Monas dan Bundaran Indonesia, Jakarta. Tanpa dikoordinir, tanpa dibayar, tanpa pamrih, mereka mendukung Jokowi-JK dengan tulus.
Di depan ribuan pendukungnya, Jokowi sempat berorasi. Salam dua jari juga dia lempar ke pendukungnya. "Jakarta sangatlah penting. Oleh sebab itu kita jangan sampai kalah di Jakarta. Jangan sampai! Jadi kita mulai hari ini betul-betul bergerak ke teman-teman kita, tetangga kita, ke teman RT dan RW sekelurahan, bahwa tanggal 9 Juli yang paling baik untuk dicoblos adalah nomor dua," jelas Jokowi yang berorasi di Monas dan HI.
Di hari yang sama, pasangan Prabowo-Hatta menggelar kampanye akbar di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Lebih dari 100 ribu pendukung pasangan itu memenuhi GBK. Mereka datang dengan membawa bendera partai, romas, dan terkoordinasi dengan bus-bus yang memenuhi area GBK.
Tak heran bila selama Prabowo berorasi, bendera-bendera dan panji-panji ormas berkibar dalam kampanye itu. Prabowo juga sempat berkendara dengan Jeep bersama Hatta dan memberi salam penghormatan. "Saya lihat bendera Partai Demokrat besar sekali, bendera PPP luar biasa, Haji Lulung, bendera PKS paling banyak ini," kata Prabowo saat berorasi.
Perbandingan massa kedua pasangan itu ramai di media sosial. Massa kampanye Prabowo disebutnya sebagai massa yang dimobilisasi sedang Jokowi disebut massa kesukarelaan. Kesukarelaan ini adalah titik balik penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Rakyat membela sesuatu bukan karena dibayar, namun punya kesadaran dan keinginan memperjuangkan Indonesia yang lebih baik. (skj) (Advertorial)