News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jokowi JK

Seri Revolusi Mental (2): Kenapa Perlu Revolusi Mental ?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo atau Jokowi menjawab pertanyaan wartawan usai memenuhi undangan KPK, di Kantor KPK, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2014). Kedatangan Jokowi ini untuk melakukan klarifikasi harta kekayaannya sebagai syarat pencalonan presiden. TRIBUNNEWS/HERUDIN

“Revolusi Mental” memang merupakan salah satu visi misi yang diusung oleh Jokowi.

Revolusi Mental. Merupakan Frase yang beberapa minggu terakhir ini merebak seiring dengan artikel yang ditulis Joko Widodo calon Presiden yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Harian Kompas, 10 Mei 2014, berbarengan dengan tulisan serupa dari Romo Benny Susetyo dengan judul yang sama di hari yang bersamaan di Harian Sindo sehingga ini sempat menjadi Polemik.

Ternyata hal ini bisa terjadi secara bersamaan karena “Revolusi Mental” memang merupakan salah satu visi misi yang diusung oleh Jokowi beserta timnya. Ini tampak dari banyaknya kegiatan kampanye Jokowi – JK yang bertajuk “Revolusi Mental” di hari-hari belakangan ini. Tulisan ini tidak akan membahas lebih jauh mengenai polemik atas hal tersebut, namun ingin melihat persoalan-persoalan yang membuat perbaikan karakter bangsa, revolusi mental memang semakin mendesak untuk segera dicapai.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Reformasi yang sudah berjalan 16 tahun belum juga berhasil mendorong bangsa ini pada keadaan yang lebih baik. Sudah bertahun-tahun peringkat/indeks korupsi Indonesia belum banyak bergeser, masih berkisar di bawah 100. Berdasarkan Human Development Index (HDI) dari UNDP 2005, Indonesia hanya menduduki peringkat 107 dari 170 negara. dari Indeks yang sama di tahun 2013 peringkat kita malah melorot menjadi urutan ke 121 dari 186 negara.

Dalam hal indeks daya saing global, setahun terakhir, Indonesia memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari peringkat 50 menjadi yang ke-38 dari 148 negara. Namun hal ini lebih didorong oleh peningkatan pelatihan-pelatihan, perbaikan sistem pendidikan tinggi serta di bidang teknologi. Padahal sebagaimana kita ketahui bersama salah satu persoalan besar bangsa ini adalah pada rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat juga persoalan mentalitas.

Angka-angka tersebut di atas menggambarkan masih besarnya pekerjaan rumah yang harus kita hadapi dalam perbaikan kualitas SDM. Di luar angka-angka yang masih belum terlalu menggembirakan tersebut ada persoalan lebih besar yang perlu juga menjadi perhatian kita agar produktivitas dan daya saing bangsa ini segera meningkat menyongsong kebijakan pasar bebas global yang sudah di depan. Untuk mengatasi hal ini kita tidak bisa lagi berharap pada cara-cara konvensional, namun diperlukan adanya terobosan mendasar melalui Revolusi. Revolusi Mental, terobosan yang didasari kesungguhan, keteladanan dan kerja keras agar kita bisa segera lebih siap menyongsong era pasar bebas.

Memperbaiki sistem dan infrastruktur pendidikan nasional merupakan suatu persoalan. Namun urusan lain yang tidak kalah pentingnya adalah memahami persoalan-persoalan mental yang dihadapi bangsa ini untuk kemudian segera diatasi dengan berbagai cara baik melalui peningkatan porsi pendidikan karakter khususnya di tingkat dasar, maupun melalui metoda-metoda formal & informal lainnya.

Di antara persoalan-persoalan mental yang dihadapi bangsa ini dan perlu segera dicari solusinya antara lain: di bidang politik dan kepemimpinan nasional, korupsi, kebohongan-kebohongan publik dan keteladanan masih jadi persoalan besar, di bidang sosial budaya intoleransi terhadap perbedaan, sifat ingin menang sendiri, mental jongos, kecenderungan menggunakan kekerasan dalam menyikapi masalah, pelecehan hukum, dan sifat oportunis masih terus meluas. Pesimisme dan kerakusan di berbagai aspek kehidupan pun kian merajalela. Melalui terobosan Revolusi Mental semoga berbagai persoalan tersebut bisa segera teratasi. (Mufti Farid, alumni PII (Pelajar Islam Indonesia), relawan Turun Tangan & Generasi Optimis) (Advertorial)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini