"Ini berdarah di lapangan. Ndak tau kena akik (cincin), kena kuku, atau apa," kata Jokowi.
Jakarta - Begitu tiba di pasar Sukomoro, Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu (28/6) lalu, Joko Widodo tetap mengembangkan senyum dan salam. Seperti biasa, dia langsung menyalami satu per satu warga yang mengerumuninya meskipun punggung jari tangan kanannya terbalut plester coklat akibat sejumlah goresan luka. Demikian laporan harian Kompas, Senin 30 Juni 2014.
Kebiasaan calon presiden nomor urut 2, yang merakyat, untuk menyalami warga di mana pun ternyata membuat tangannya tergores, selain jempol tangan kirinya terkilir.
Di hadapan ribuan warga di Pasar Sukomoro, Jokowi mengangkat tangan kirinya. "Ini terakhir dari Madiun, jempol saya keceklik (keseleo). Karena apa? Mbok salamannya pelan-pelan. Ibu-ibu ini terutama," kata Jokowi mencontohkan mimik wajah geregetan para ibu yang antusias saat menyalaminya di berbagai tempat saat berkampanye.
Setelah tangan kirinya, Jokowi menjulurkan tangan kanannya yang terbalut. "Di sini luka semua. Ben dino (hampir setiap hari) ditempel plester anyar (baru)," ujar Jokowi yang disambut para pendukungnya. "Padahal sing disalami rupane rupa ndeso, lo (Padahal yang disalami wajahnya wajah desa," tambah Jokowi.
Setelah dari Pasar Sukomoro, Jokowi bertandang ke Pondok Pesantren Maba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang. Di sana, lagi-lagi Jokowi tetap senyum dan menyalami lebih dari 1.000 warga dan santri yang menunggunya meski tangannya terbalut.
Tangan Jokowi sebenarnya sudah terluka saat berkampanye di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Jambi, sehari sebelumnya. "Ini berdarah di lapangan. Ndak tau kena akik (cincin), kena kuku, atau apa," kata Jokowi sambil menunjukkan ruas jari tengah tangan kanannya seusai bersalaman dengan warga di Lapangan arena eks-MTQ.
Sang istri, Iriana, yang mengobati luka-luka Jokowi menambahkan, "Ada luka dalamnya juga. Mungkin akibat kena dorong." Meski demikian, Jokowi tetap tersenyum dan memberi salam. "Biasa saja. Masak orang salaman saya enggak mau? Sejak nyapres memang tambah banyak (lukanya) dibandingkan waktu jadi Gubernur DKI Jakarta," ujar Jokowi.
Sejak masa kampanye dimulai, hampir setiap hari Jokowi menemui ribuan atau bahkan puluhan ribuan warga saat di berbagai tempat. Sebagian dari warga berebut untuk bersalaman dengannya. Tak jarang empat atau lima orang sekaligus berebut untuk menyalaminya. Bahkan, ada juga yang nekat dan menciumnya.
Meskipun dikawal, Jokowi terdorong atau tertarik kerumunan warga yang ingin bersalaman, berfoto bersama, atau sekedar menyapanya. Tak jarang juga gelombang massa membuat langkahnya terhenti untuk berpidato di panggung. Di beberapa pasar, Jokowi mengurungkan niatnya masuk karena massa berjubel, misalnya di Pasar Wage Purwokerto, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Bagi Sholikah (41), warga Jombang, apa pun diterjangnya meskipun harus menunggu enam jam untuk menunggu dan bisa menyalami Jokowi, yang kerap "dianiaya" kampanye hitam, saat mampir di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif. "Jokowi pemimpin yang membuat rakyat tak takut mendekat," ujar dia. Oleh sebab itu, Jokowi terus tersenyum seraya menyorongkan tangannya meski berbalut. (skj) (Advertorial)