News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menag Jelaskan Soal Permasalahan HAM Di Acara Omah Munir

Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Agama yang baru Lukman Hakim Saefuddin (kiri) bersalaman dengan Menag lama Suryadharema Ali (kanan) usai pelantikan Menag di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/6/2014). Lukman Hakim menggantikan pejabat Menag terdahulu Suryadharma Ali yang mengundurkan diri karena telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, dalam kasus dugaan korupsi penyelenggaraan dana haji di Kemenag. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, menyebutkan sejumlah permasalahan terkait pemahaman Hak Asasi Manusia (HAM). Kata dia, sebagian orang masih menganggap hak yang melekat pada setiap orang itu tidak memiliki batasan.

Dalam pemaparannya soal HAM di acara Omah Munir, di Auditorium Langen Palikrama, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2014), Lukman menyebut saat menyambangi sejumlah komunitas ia masih menemui aktivis yang memandang HAM tanpa batas.

"Bahwa hak pada setia manusia harus dijaga, harus dilindungi, itu adalah hak yang tanpa batas. Tapi bagaimanapun juga kebebasan kita dibatasi karena ada kebebasan orang lain," katanya.

Setiap orang kata dia wajib untuk menghargai HAM, oleh karena itu hak yang melekat pada orang lain wajib dihargai, dan menjadi pembatas bagi hak pribadi.

Pemahaman HAM yang salah selain pemahaman HAM tanpa batas adalah pemahaman soal kebenaran mutlak. Orang-orang semacam itu yang merasa dirinya paling benar, menjadikan hal tersebut sebagai pembenaran untuk memaksakan pemahamannya ke orang lain.

"Maka dia kemudian merasa berhak memaksakan keyakinan yang dimilikinya ini ke orang lain, ini problem kita," ujarnya.

Dalam Islam pun HAM juga sudah dijelaskan dengan baik di kitab suci. Lukman menyinggung cerita Nabi Nuh AS, yang tidak mampu menyelamatkan anak dan istrinya ketika banjir bandang datang. Nabi Nuh kata Lukman tidak memaksakan pemahamannya kepada keluarganya untuk percaya soal banjir bandang.

Lukman menganggap cerita Nabi Nuh itu sebagai pelajaran bagi umat Islam untuk menghargai pendapat mau pun kepercayaan orang lain yang berbeda.

Dalam kesempatan itu ia menyebutkan Omah Munir diharapkan menjadi salah satu institusi yang bisa memberikan pemahaman yang benar tentang HAM, sehingga mengurangi pergesekan terkait hak yang melekat itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini