TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa hari lalu pengamat Budyatna meminta Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa seluruh tim sukses pemenangan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Demokrat dalam kongres di Bandung 2010 silam.
Pendapat akademisi Universitas Indonesia itu mendapat tanggapan Sri Mulyono. Pendukung Anas di Perhimpunan Pergerakan Indonesia itu menilai Budyatna tidak memahami ucapannya sendiri ketika memberikan komentar ke publik terkait kongres di Bandung.
"Sangat mungkin dia tak paham yang diucapkannya. Budyatna memaksakan diri mengomentari sesuatu yang tak diketahuinya. Sebagai pengamat sesungguhnya dia tak mengamati dan buta masalah," ujar Mulyono di Jakarta, Jumat (22/8/2014).
Ia menuding komentar Budyatna terkesan sebagai titipan. Mulyono menyayangkan sebagai seorang intelektual bisa dipesan untuk membicarakan sesuatu yang tak diketahui dan dipahaminya.
Mulyono pun menegaskan, seluruh tim sukses dan seluruh DPC Demokrat yang disinyalir mendukung pemenangan Anas sudah menjalani pemeriksaan di depan penyidik KPK. Mereka juga saksi yang dihadirkan di persidangan untuk menguatkan dakwaan jaksa.
"Yang belum sama sekali diperiksa justru kandidat ketua umun Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie. Kedua kandidat ini menurut Yulianis dan Nuril Anwar mendapat sumbangan dana dari Nazaruddin. Mereka belum disentuh sama sekali oleh KPK," tegas Mulyono.
Ia meminjam logika Budyatna, bisa jadi Andi Malarangeng dan Marzuki Alie juga mencari dan menerima sumbangan dari berbagai pihak. Pertanyaannya, apakah KPK berani dan adil memeriksa Andi dan Marzuki? Begitu tanya Mulyono.
"Supaya adil, semua kandidat dan timsesnya harus diperiksa KPK, termasuk Ibas yang pada saat itu sebagai ketua SC. Timses Andi, dikatakan Yulianis dan Nazarudin, bahwa Ibas menerima dana 200 ribu dolar Amerika," paparnya.
Dalam berita Tribunnes.com, Selasa (19/8/2014), Budyatna meyakini uang yang dikumpulkan Anas dan Nazaruddin bukan hanya dari proyek BUMN Adhi Karya, tapi mungkin juga seluruh BUMN yang ada.
"Tidak mungkin cuma dari Adhi Karya dan cuma dari satu proyek Hambalang saja. Saya yakin banyak BUMN yang sempat dijadikan sapi perahan oleh mereka. Ini pasti banyak operatornya dan operator itu pasti tim sukses mereka," ujar Budyatna.