Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered dari Saudi Arabia
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Jumlah jemaah haji Indonesia terhitung paling banyak di Tanah Suci. Tahun ini lebih dari 150 ribu orang akan berhaji. Sampai hari kelima, baru sekitar 15 persen calon jemaah yang tiba. Butuh strategi melindungi mereka.
Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Haji PPIH Kolonel A Riad S mengaku sudah memiliki sejumlah strategi yang bakal diterapkan di pusat pergerakan jemaah, khususnya di Madinah dan Makkah.
Untuk perlindungan jemaah di Madinah, tim pengamanan telah mengubah strategi di hari kedua kedatangan jemaah. Dari semula rutin patroli berkeliling Masjid Nabawi, kini tidak begitu lagi.
"Sistemnya kita ubah setelah evaluasi. Sekarang kita bentuk tim buser yang mencari jemaah di waktu-waktu tertentu. Sebelumnya patroli, keliling, panas dan itu capai. Sekarang duduk dulu, setengah jam atau sejam sehabis salat baru cari jemaah yang kesasar," kata Riad di kantor Teknis Urusah Haji, Jeddah, Arab Saudi, kepada tim Media Center Haji (MCH) Jeddah.
Jam-jam yang dianggap genting di Madinah sekitar pukul 08.00-10.00, saat jemaah perempuan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di Raudhah yang berada di dalam Masjid Nabawi. Di waktu itu, tak jarang jemaah perempuan kehilangan teman seperjalanannya atau suami di titik pertemuan yang telah disepakati.
"Kalau mau dicatat jumlahnya ratusan. Tapi kita hanya mencatat yang tersasar sampai kita antar ke sektornya masing-masing. Kalau yang ketemu lagi dengan teman atau suaminya di Nabawi tidak kita catat sebagai orang kesasar," kata Riad.
Untuk mempermudah calon haji yang selama sembilan hari pertama melaksanakan salat Arbain (salat 40 waktu tanpa terputus) di Masjid Nabawi, tim pengamanan membuka pos di depan kamar mandi 10 dan kamar mandi 3 dengan membawa bendera merah putih.
Lokasi ini dipilih karena strategis, dekat pintu utama dan sebuah gedung besar berupa kantor Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi. "Jadi kita sosialisasikan kepada jemaah kalau ada apa-apa, cari saja pintu paling besar. Pasti ketemu," kata Riad.
Di Madinah, tugas paling berat adalah petugas di sektor dua. Beberapa orang petugas harus mengawasi 30 unit pemondokan, dan masing-masing letaknya jauh.
Jika ada kedatangan jamaah, petugas lari ke sana- sini. Sementara sektor satu hanya mengawasi delapan unit pemondokan. "Meski begini, secara umum perlindungan jemaah berjalan baik," terangnya.
Pihak keamanan juga memperhatikan serius beberapa lokasi pemondokan jemaah yang tergolong rawan, seperti pemondokan jemaah asal Lombok yang harus melewati beberapa lorong jika hendak menuju Masjid Nabawi. Lokasinya ada di pintu paling ujung hamam (8). Dan di bawah lorong banyak dipenuhi pedagang.
Dari hasil pengamatan lapangan, saat ini perjokian di Masjid Nabawi relatif tidak ada. Joki biasanya menyasar ibu-ibu yang akan berziarah ke Raudhah. Fungsi mereka, meminta antrean karena pendekatan dengan petugas setempat di dalam masjid.
"Sebab sekarang pekerja yang overstay sudah tidak ada lagi. Dan, kita menempatkan petugas wanita lebih banyak. Dari 11 orang di sektor khusus Nabawi, delapan orang wanita dari satuan TNI/Polri," katanya.
Pengamanan di Mekkah
Sementara di Makkah, Riad mengatakan, terus menyempurnakan pengamanan untuk perlindungan jemaah yang diperkirakan akan memenuhi kota ini mulai 9 September nanti.
Titik utama yang menjadi perhatian adalah area abu-abu dan dua titik yang akan menjadi embarkasi dan dembarkasi seluruh jemaah Indonesia. "Kita atur nanti ada pos stasioner di dekat pintu ke luar Marwah, di sana ada pelataran yang akan menjadi titik temu jemaah," katanya.
Lokasi ini menjadi perhatian karena minim petugas. Sementara laporan para tenaga haji musiman pada tahun sebelumnya, sering kali terjadi jamaah tertinggal dari rombongan. Area ini luasnya sekitar 150 meter dari terminal. Sementara musim haji sebelumnya tidak ditempatkan petugas di area ini.
Nantinya seluruh petugas kelompok terbang (kloter) akan diminta mengawasi jemaahnya yang tertinggal dan lain-lain, sehingga sektor khusus Masjidil Haram bisa fokus mengamankan jemaah, termasuk di wilayah abu-abu ini.
Keterlibatan semua unsur, baik petugas pengamanan, petugas kloter maupun kesehatan sangat diperlukan. Mengingat pada puncak haji, pintu masuk Makkah untuk kendaraan dan lain-lain ditutup, termasuk ambulans.
"Kita mengingatkan petugas agar jangan lalai, dan harus saling bantu," kata Riad yang juga Direktur Pembinaan Persenjataan Pusat Kavaleri Angkatan Darat.