TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pikiran-pikiran Trisakti yang digagas oleh Presiden I RI yakni Soekarno akan disumbangkan kepada pemerintahan Jokowi.
Trisakti tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari cita-cita proklamasi yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 945.
"Kabinet Jokowi-JK ini harus bernafaskan Trisakti, visi dan misi yang sudah disampaikan oleh Jokowi. Kalau tidak, sebaiknya jangan masuk atau dipilih menjadi menteri," kata politisi senior yang juga Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekawati kepada wartawan disela-sela acara Fokus Grup Diskusi(FGD) yang digelar Rumah Ideologi Bung Karno di Yayasan Bung Karno(YBK), Jakarta, Rabu(7/9/2014).
Topik diskusi perdana yang dihadiri oleh ketua YBK Guruh Soekarnputra dan berbagai eksponen nasionalis ini soal subsidi BBM Dalam Perspektif Konstitusi, Ekonomi dan Praktik.
Ketua Tim Pokja Rumah Idiologi YBK Giat Wahyudi menyatakan, hasil FGD nantinya akan diserahkan kepada Presiden Jokowi dan partai politik pendukungnya untuk dilaksanakan oleh pemerintah khususnya Trisakti tersebut.
"Sampai hari ini kita belum pernah menerima dokumen Trisakti yang dielaborasi oleh Tim Transisi, kita baru mengetahui dari pemberitaan di media massa," kata Giat Wahyudi.
Soal kriteria menteri-menteri yang mau direkrut pun kata dia tidak menyinggung Triskti tersebut.
Karena itu, YBK yang diklaim sebagai pemilik otoritas dalam penjabaran dan menerjemahkan pikiran dan ajaran Bung Karno siap mendorong pemerintahan Jokowi untuk melaksanakan konsep Trisakti tersebut.
"risakti ini keniscayaan, strategis, dan Jokowi terikat pada visi dan misinya," kata Giat.
Pada kesempatan diskusi itu, Edwin Henawan Soekawati menyatakan kelompok nasionalis dimana pun berada harus mempertahankan pikiran-pikiran Soekarno, mengingat arus deras yang sedang menimpa bangsa kita dewasa ini. "Arus itu telah menggerus nilai-nilai proklamasi, tujuan nasional kita bukan saja melenceng, tetapi sudah mutar-mutar tidak karuan," katanya.
Dia menambahkan, kondisi yang terjadi saat ini sangat berbeda jauh ketika Bung Karno pertamakali menyampaikan pidatonya mengenai Trisakti tahun 1965.
"Ini tantangan kita bersama, lawan kita pun tidak tidak jelas siapa," ujar Edwin