TRIBUNNEWS.COM, MAMUJU - Mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar, Anwar Adnan Saleh, mengatakan Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Agung Laksono adalah salah satu calon kuat pengganti Aburizal Bakrie atau yang akrab dipanggil Ical sebagai Ketua Umum.
Anwar yang merupakan Gubernur Sulawesi Barat itu ditemui di rumah dinasnya di Mamuju, Sulawesi Barat, mengatakan bahwa Agung adalah Ketua Kosgoro, organisasi yang sangat berpengaruh di partai berlambang pohon beringin itu.
"Agung itu pemimpin organisasi yang menentukan merah hitamnya Golkar, yaitu Kosgoro," katanya.
Agung beberapa bulan lalu sempat dipecat dari partai karena dianggap menentang kebijakan partai, dan Agung pun sempat mengkonfirmasinya ke wartawan. Namun belakangan Ical menyangkal pemecatan itu.
Anwar pun mengalami kasus yang serupa, yakni dipecat dari jabatan Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Barat karena dianggap menentang kebijakan partai, dengan mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) pada pemilihan presiden 2014. Bahkan suara pasangan tersebut di Sulawesi Barat mencapai lebih dari 73 persen, dan secara presentasi dianggap sebagai perolehan tertinggi Jokowi-JK di daerah.
Menurutnya Jokowi adalah temannya sesama Gubernur yang harus didukung. Sedangkan JK adalah mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga merupakan sahabat baiknya.
Ical menetapkan kader-kader Partai Golkar untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang diusung oleh Koalisi Merah Putih (KMP). Pascakemenangan Jokowi-JK, Ical pun bersikeras agar partai tetap berada di KMP, walau pun sejumlah kader meminta partai mengalihkan dukungannya.
Ia percaya Partai Golkar cepat atau lambat akan mengalihkan dukungannya ke Jokowi-JK, karena menurutnya partai tersebut tidak diciptakan untuk menentang pemerintah. Hal itu dilakukan lewat Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, yang mengagendakan evaluasi dukungan partai terhadap KMP dan penggantian Ical sebagai Ketua Umum DPP.
Namun ia tidak bisa memprediksi apakah pengalihan dukungan itu mungkin terjadi sebelum 20 Oktober 2014, dimana pasangan Jokowi-JK dilantik, dan nama-nama menteri juga sudah ditetapkan.
Anwar menjelaskan, bahwa jika Agung menang, partai akan berubah sepenuhnya. Hal yang sama pernah terjadi saat JK maju mendampingi Susilo Bambang Yudoyono (SBY) pada pilpres 2004 lalu dan tidak didukung Partai Golkar. Saat SBY-JK menang, JK pun terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar.
"Waktu itu orang-orangnya Pak JK yang sempat dibuang mulai kembali satu persatu, nanti kejadiannya juga seperti itu," jelasnya. (Nurmulia Rekso Purnomo)