TRIBUNNEWS.COM, AMBON - Kepergian Gayatri Wailissa (17) karena pendarahan otak setelah berolahraga bersama sejumlah temannya di Taman Suropati, Jakarta. Sebelum sempat dirawat di RS Abdi Waluyo, Gayatri merasakan pusing.
Kabar meninggalnya Gayatri dibenarkan sang ayah, Deddy Darwis Wailissa, saat dihubungi dari Ambon, Jumat (24/10/2014) dini hari. "Menurut dokter Agus yang menanganinya, Gayatri menderita pendarahan pada otaknya," ungkap Deddy.
Sebelum dirawat, Gayatri sempat berada di Rusia untuk menghadiri sejumlah undangan sebagai narasumber. Gayatri baru kembali ke Tanah Air setelah diundang untuk menghadiri pelantikan Presiden Joko Widodo di Gedung DPR RI.
Keinginannya ternyata tak terwujud. Sebab, menurut Deddy, rencananya, setelah berolahraga di Taman Suropati, di Kawasan Menteng, Senin pagi, Gayatri akan menghadiri acara itu. Namun, kondisinya tiba-tiba memburuk.
Deddy mengaku tidak menyangka Gayatri, anak kesayangannya itu, akan meninggal secepat itu. Pihak keluarga sendiri tidak memiliki firasat anaknya akan segera pergi meninggalkan keluarganya. "Saya dan keluarga tidak merasakan apa-apa," ujarnya.
Keluarga besar terakhir bertemu Gayatri saat kembali ke Ambon akhir September 2014 lalu. Deddy dan istrinya baru mengetahui Gayatri dirawat di RS setelah dihubungi seorang kerabatnya di Jakarta.
Kabar mengejutkan tersebut memaksa Deddy beserta istri dan anak bungsunya bertolak ke Jakarta. Saat tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ruang ICU RS Abdi Waluyo, tempat buah hati mereka dirawat.
Selama empat hari menjalani perawatan, tubuh Gayatri semakin melemah. Dia tak sadarkan diri. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. "Saya dan istri hanya bisa menangis melihat kondisi Gayatri. Semua tubuhnya dipasangi alat kesehatan," kata Darwis.
Penyakit mematikan yang merenggut nyawa anaknya itu membuat Deddy bertanya-tanya. Gayatri tidak pernah mengeluh sakit kepala atau menderita penyakit serius. Selama ini Gayatri hanya mengeluh sakit mag karena sering lupa makan.
Dokter Agus juga menyerah menghadapi penyakit yang menyerang Gayatri. "Biasanya setelah darah di otak disedot, pasien sudah bisa sadar kembali," kata Darwis menirukan ucapan dokter. "Kami ikhlas jika itu memang kehendak Tuhan," imbuhnya. (Kontributor Kompas.com Ambon, Rahmat Rahman Patty)