News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kabinet Jokowi JK

Setara Tolak Tiga Orang Ini Jadi Calon Kepala BIN

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sjafrie Samsoeddin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setara Institute menolak tiga nama untuk menjadi calon kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Mereka adalah Fachrul Razi, Sjafrie Sjamsoeddin, dan As'ad Ali.

"Dari tiga calon (Kepala BIN) yang beredar, ketiganya adalah bermasalah. Setara Institute menolak keras ketiga calon yang beredar karena mereka semua adalah orang-orang bermasalah," kata Hendardi, Ketua Setara Institute di kantornya kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2014).

Hendardi memaparkan, Fachrul Razi merupakan bagian dari masa lalu, meski tidak terlibat langsung dalam sejumlah kasus pelanggaran HAM berat masa lalu tapi persinggungannya dengan transisi politik dari Soeharto ke Habibie memungkinkan perannya tidak independen.

"Karena dia bagian dari kontestasi para jenderal baik pada masa transisi maupun pada saat ini, di mana banyak para jenderal atau dekat dengan partai politik tertentu," tuturnya.

Sementara Sjafrie Sjamsoeddin menurut Hendardi adalah salah satu tokoh yang 'selamat' dan berhasil memoles citra dirinya karena mendekam terus di Kementerian Pertahanan sebagai Sekjen dan kemudian menjadi Wakil Menhan.

"Sesungguhnya Sjafrie adalah salah satu jenderal yang bermasalah karena dugaan keterlibatannya pada berbagai peristiwa politik di masa transisi," ucapnya.

As'ad Ali, kata Hendardi, bukanlah orang bersih meski disorong oleh Nahdlatul Ulama. Karena menurutnya, As'ad diduga terlibat baik secara langsung atau tidak langsung pada pembunuhan Munir pada 2004 silam.

"Posisinya sebagai Wakil Kepala BIN yang saat itu dikepalai Hendropriyono sulit tidak mengetahui dan terlibat dalam perencanaan pembunuhan atas Munir," katanya.

Jokowi, kata Hendardi tidak perlu mempertimbangkan ketiga calon Kepala BIN di atas dan harus mencari calon lain yang lebih independen, bersih dan bebas dari dugaan keterlibatan dalam pelanggaran HAM berat.

"Jika salah satu dari tiga calon itu yang dipilih, politik impunitas akan menjadi pilihan kepala BIN, pendekatan koersif dalam bentuk penangkapan, penculikan, penahanan dan pembunuhan tetap akan menjadi metode kerja BIN," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini