Tribunnews.com, Jakarta - Simpang siur persepsi tentang subsidi main lama menggelinding bak bola panas. Makin tidak terkontrol dan menjadi bangunan opini kokoh yang sulit di robohkan. Semua orang telah mengamini bahwa subsidi adalah hanya tentang subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). padahal tidak demikian seharusnya.
Apalagi ditambah polemik rencana pemerintah soal kemungkinan kenaikan harga BBM menjadi bahan perdebatan yang sebenarnya tidak perlu. "Telah terjadi misinterpretasi tentang subsidi BBM," ungkap mantan Anggota Komisi VII yang membidani energi dan pertambangan DPR RI, Dewi Aryani Minggu (9/11/2014).
Subsidi memang diamanatkan dalam UUD 45, kata Politisi PDI perjuangan ini. Tapi, faktanya selama ini lebih banyak di gunakan sebagai subsidi bahan bakar minyak saja. Sektor lain kalaupun dapat hanya cuilan APBN saja.
Dewi jelaskan, ratusan triliun mengucur dan hangus di jalan raya bersama jutaan kendaraan bermotor yg beredar di Indonesia. Kita semua tau bahwa subsidi BBM paling banyak di sedot sektor transportasi.
"Saya menyarankan kawan-kawan di senayan segera mengusulkan pembuatan RUU Subsidi. Suoaya menjadi payung hukum yang mengatur secara detail dan benar bagaimana subsidi harus digunakan. Biar jelas siapa sebenarnya yang berhak mendapat subsidi,sektor apa saja dan bagaimana deliverynya. Tidak lagi menjadi perdebatan berkepanjangan dan segera hindari perpecahan di semua kalangan," demikian menurut Dewi.