TRIBUNNEWS.COM, MUNA - Keluarga Mujihardjo jatuh pingsan sesaat diberitahu putri bungsunya, Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri (28), yang bekerja di Hongkong sejak 2007, telah tewas dibunuh warga negara Inggris pada Sabtu, 1 November 2014.
Kabar pahit tersebut kali pertama diketahui mereka dari rekan Seneng yang juga bekerja di Hongkong, Jumirah alias DJ Jemi dan Luh Rahayu pada Senin (3/11/2014) pagi, melalui telepon.
"Di situ, kami percaya 100 persen karena mereka teman satu SMA. Setelah itu, kami semua kaget, istri saya pingsan-pingsan terus, syok. Saya juga pusing-pusing dan selanjutnya kami sekeluarga langsung pingsa. Neneknya yang sudah 74 tahun ini juga pada pingsan. Langsung di sini ramai warga pada datang," kata Mujiharjo saat Tribunnews.comĀ mengunjungi kediamannya di Desa Sidomakmur, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Muna Barat, Sulawesi Tenggara.
Mujiharjo (54) menceritakan, mulanya dirinya sempat bicara dengan Seneng pada Rabu malam dan Kamis malam sebelumnya. Saat itu, Seneng menyampaikan dan menanyakan kepada ayahnya itu tentang transfer uang Rp 20 juta.
"Dia tanya, uangnya sudah diterima atau belum. Lalu, anak saya yang pertama ini (Sri Suantoro) bilang sudah diterima. Yah saya sampai ke Seneng kalau uangnya sudah sampai. Sudah, itu saja. Itu komunikasi terakhir."
Selanjutnya, Mujiharjo menghubungi telepon genggam putrinya itu pada Jumat malam. Setelah beberapa kali menghubungi, Seneng tak juga mengangkat telepon genggamnya. Baru sekitar pukul 21.00 WITA, panggilan telepon dari Mujiharjo justru diangkat dan disambut oleh seorang perempuan. Namun, orang yang bicara di ujung telepon saat itu bukan Seneng.
Perempuan itu justru menanyakan sudah atau belum diterimanya uang Rp 20 juta yang telah ditransfer.
"Saya jawab, sudah. Saya tanya, kok ibu yang mengangkat telepon, dia bilang Seneng baru pergi, tapi nggak tahu ke mana. Setelah beberapa jam kemudian saya telepon Seneng, tapi ibu itu lagi yang mengangkat, bilang Seneng sedang keluar. Saya nggak sempat tanya nama dia," ujarnya.
Ada kecurigaan Mujiharjo pada perempuan tak dikenal yang mengangkat telepon milik anaknya itu. "Kami curiga, kenapa hp yg mengangkat bukan anak saya. Dia cuma bilang, anakmu baru pergi, nggak tahu kemana," kata Mujiharjo.
Senin (3/11/2014) sekitar pukul 10.00 WITA, keluarga Mujiharjo yang mendiami rumah bercat kuning 'gempar'. Saat itu, Seneng dikabarkan telah tewas dibunuh oleh warga negara Inggris di Hongkong.
"Tetangga dekat saya, DJ Jemi yang memberitahukan, bahwa anakmu 'dianu' (dibunuh) orang. Nah, waktu itu kami baru tahu. Bilang Pak Muji, kamu harus sabar yah, apa boleh buat, sudah takdirnya begitu. Lalu, saya juga ditelepon sama temannya yang juga dari sini, Luh, juga kasih kabar begitu," kenang Mujiharjo.
Seneng Mujiasih (28) alias Jesse Lorena Ruri adalah satu dari dua warga Indonesia yang tewas terbunuh di kamar apartemen Rurik George Caton Jutting (29), Distrik Wan Chai, Hongkong pada Sabtu (1/11/2014) lalu. Korban lainnya, yakni Sumarti Ningsih (23) alias Alice asal Cilacap, Jawa Tengah.
Belum diketahui hubungan pelaku dan kedua korban, status kedua korban maupun motif pembunuhan tersebut. Kini, Rurik tengah menjalani persidangan pendahuluan di pengadilan setempat.
Rencananya, kedua jasad korban akan dipulangkan dari Hongkong ke Tanah Air melalui Jakarta pada Selasa (11/11/2014) besok dan tiba di rumah duka keesokan harinya.