TRIBUNNEWS.COM --- Sambil berpidato, Presiden ke-3 RI, Bacharudin Jusuf Habibie sesekali menghadap ke arah kirinya, diarah tersebut tengah duduk manis Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil dan Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah. Seolah-olah Habbie hanya berceramah untuk kedua kepala daerah yang tengah bersinar itu, bukan untuk ratusan orang yang duduk manis di arah depan podium.
Ridwan dan Nurdin beberapa kali tampak hanya mengangguk, saat Habibie wajah tengah mengarah mereka berdua. Kejadian itu berlangsung saat peringatan HUT ke-15, The Habibie Center, di Hotel JS.Luansa, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2014).
Habibie yang malam itu hadir mengenakan batik coklat dan peci hitam dalam pidatonya menjelaskan soal pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM). Da menyinggung soal betapa sulitnya Presiden pertama RI, Soekarno membangun negri, karena sedikitnya SDM yang berkualitas. Oleh karena itu tak heran kerap terjadi perombakan di parlemen.
Indonesia bangkrut pada 1965, dan akibatnya Soekarno harus turun dan digantikan Soeharto. Walau pun sang presiden ke-2 RI itu tidak punya pengalaman di kementerian, namun Suharto mendapat warisan penting dari Sukarno, yakni masyaraakt yang memiliki kualitas yang lebih mumpuni.
"Jadi Sumber Daya Manusia lah yang harus kita kembangkan," katanya.
Suharto kata dia memimpin dengan kontrol yang dominan terhadap masyarakat. Bila ada yang kritis kepadanya, ia lalu mengambil tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok yang mengkritiknya itu.
"Saya tanya kenapa, dia bilang dia (pengkritik) nakal, saya tidak mau sebut nama. Pak kalau dia tidak bebas berpikri, tiap saat mau kreatif takut dpukul, kapan dia bisa berkembang," terangnya.
Pada tahun 1998 saat Habibie menggantikan Suharto, Habibi termasuk presiden yang berpengalaman, dengan puluhan tahun pengalaman di kabinet, lalu menjadi Wakil Presiden dan terakhir menjadi Presiden ke-3 RI
Kedepannya kata Habibie pemimpin hadrir dari dari kalangan kepala daerah seperti Ridwan dan Nurdin. Kata dia kedua kepala daerah itu mengetahui dengan persis permsalahan, dan solusinya. Kepala daerah juga dikenal betul oleh masyarakatnya.
"Saya yakin anda keluar dari ruangan ini akan mengenang jejak-jejak mereka, dan bisa jadi lebih hebat dari mereka. Menilai seorang pemimpin-jejak itu, yang dipimpin itu lebih hebat, kalau lebih goblok, ya malu," tandasnya. (NURMULIA REKSO PURNOMO).