TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sejumlah pandangannya tentang kepemimpinan, melalui akun Twitter pribadinya, @SBYudhoyono, Jumat (28/11/2014). Tweet tematik atau sering disebut dengan "kuliah twit" alias "kultwit" ini disampaikan SBY dalam 15 postingannya.
SBY mengawali tweet-nya dengan menyebutkan bahwa hidup adalah universitas abadi, harus saling belajar, berbagi dan menasihati. Menurut SBY, berdasarkan apa yang pernah terjadi, dia berpandangan pemimpin yang selalu dibenarkan perkataan dan tindakannya berpotensi menjadi diktator atau tiran.
"Petik pelajaran di dunia. Pemimpin yg selalu dibenarkan apapun perkataan & tindakannya, tak disadari bisa menjadi diktator atau tiran. *SBY*," demikian tulis SBY.
SBY mengatakan, setiap pemimpin pasti ingin berbuat yang terbaik. "Tidak ingin jadi diktator atau tiran dan kemudian harus jatuh seperti yang kerap terjadi," ujarnya.
Penghormatan kepada pemimpin, menurut SBY, juga penting ditanamkan agar masyarakat bisa menyampaikan kritiknya dengan nyaman. Dalam pandangan SBY, kritik terhadap seorang pemimpin ibarat obat.
"Jika dosis & cara meminumnya tepat, badan menjadi sehat. Mengkritik pemimpin haruslah beretika & patut. *SBY*," kata SBY.
Terkait pencitraan di dunia politik, SBY menilai, hal itu wajar dilakukan. Tetapi, ia menekankan, harus dilakukan dengan tepat. Mengkritik juga harus dilakukan dengan patut dan beretika.
"Dalam politik, pencitraan itu biasa. Tapi, jika sangat berlebihan bisa menurunkan kepercayaan rakyat. "Angkuh terbawa, tampan tertinggal"*SBY*," tulis SBY.
"Permasalahan hidup, juga negara, terus datang & pergi. Yang diperlukan adalah solusi. Dapatkan solusi itu & kemudian jalankan. *SBY*," lanjut SBY.
Terakhir, SBY mengingatkan bahwa tugas pemimpin sejatinya adalah mengatasi masalah. Untuk mengatasi masalah, lanjut SBY, pemimpin harus bisa mampu bermusyawarah dan mencari penyelesaiannya.
"Apalagi masalah yang serius *SBY*," katanya.