TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tindakan represif aparat kepolisian dalam mengamankan aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM oleh mahasiswa, hingga bentrokan antara TNI dan Polri yang menjadi sorotan masyarakat, mendapat tanggapan dari aktivis mahasiswa.
Presidium BEM Nasional, Ucok Syaifudin Ahrom Al-Ayyubi, menilai perlu ada perbaikan di internal Polri. Perbaikan di internal polri, imbuh Ucok, harus dikomandani oleh pemimpin yang intelek.
"Kedepan, Polri membutuhkan pemimpin yang mengedepankan intelektualitas dan pendekatan dialogis untuk menyelesaikan beberapa persoalan yang terjadi," ujar Ucok dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/12/2014).
Dari sekian nama yang beredar, sebagai Kapolri, menurut Ucok, sosok Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan dinilai sebagai sosok yang tepat menduduki jabatan orang nomor satu untuk memperbaiki institusi kepolisian.
"Komjen Budi Gunawan merupakan perwira intelek yang ada di kepolisian. Hal itu terlihat dari latar belakang pendidikan, dan prestasi dan pengabdiannya selama di institusi kepolisian," tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku dapat informasi bahwa nama-nama calon kapolri pengganti Sutarman telah diproses.
Menurut Neta, Presiden Jokowi akan mempercepat pergantian Kapolri seiring terjadinya sejumlah konflik di daerah.
"Begitu masa reses DPR selesai pada 12 Januari 2015, nama calon kapolri akan diserahkan Presiden Jokowi ke Komisi III untuk dilakukan uji kelayakan dan uji kepatutan," ungkap Neta, Kamis (11/12/2014).
Sebelumnya, ada lima nama yang disebut-sebut sebagai calon kapolri, yakni Komjen Badroeddin Haiti, Komjen Budi Gunawan, Irjen Safruddin, Irjen Pudji Hartanto, dan Irjen Unggung Cahyono.
Menurut Neta, dari kelima nama itu, Presiden disebut-sebut telah memilih dua nama, yang kemudian dipilih satu nama untuk diserahkan ke Komisi III DPR. Nama yang dipilih adalah perwira berpangkat komjen senior.