TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sederet nama koruptor di Indonesia masuk Museum Nasional. Seperti bekas Puteri Indonesia, Angelina Sondakh, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, Pegawai Pajak Gayus Tambunan, mantan Bendara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dan Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq.
Ya, mereka turut dipajang di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (14/12/2014), oleh rekan-rekan Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam rangka memperingati hari antikorupsi sedunia. Bahkan, beberapa nama tadi dibuatkan monumennya.
Nama, profil, karier, bahkan kasusnya pun dipaparkan panitia. Turut terpampang di sisi kanan dan kiri adanya monumen tiap para pesakitan rasuah tersebut. Lampu-lampu yang menyoroti monumen dan karikaturnya pun dibuat semenarik mungkin.
Yang bisa memancing anak-anak sekolah melihat dan memahami bahayanya korupsi di negara ini. Ditemui dalam acara tersebut, Ketua panitia yang juga peneliti ICW, Aradila Caesar menjelaskan pelajaran apa yang bisa dipetik dalam acaranya ini.
Menurutnya korupsi tak kenal umur. Juga tak kenal dengan status sosial. Memakan uang rakyat terkesan menjadi laten di Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Siapapun bisa terkena virus yang meneyengsarakan orang banyak ini.
Tengok saja beberapa kasus yang sudah ditangani KPK. Anggota DPR, Pimpinan Partai berbasis agama, Hakim, Jaksa, Pejabat, artis dan bahkan hanya seorang rumah ibu rumah tangga sekalipun.
Karena korupsi sudah menjalar ke berbagai kehidupan, kata Caesar, ICW berinisiatif menggalang anak-anak usia dini untuk terus mengenal penyakit tersebut.
"Sebenarnya anak-anak tidak tahu apa itu korupsi, tapi kita punya kewajiban untuk memberikan edukasi tentang korupsi bahwa perbuatan itu bahaya. Generasi anti korupsi harus lahir," kata Ketua panitia yang juga peneliti ICW, Aradila Caesar di sela-sela rangkaian acara.